26.6 C
Singkawang
More
    BerandaPetuah LeluhurAgar Pancing Bertuah dan Pantangannya

    Agar Pancing Bertuah dan Pantangannya

    | Penulis Drs. Herys Maliki

    Leluhur tak ada habisnya mewarisi petuah. Tidak dipercaya, terjadi. Dipercaya, kadang tak seperti dikatakan. Contohnya, pantangan melangkahi tangkai pancing.

    Mengapa demikian? Namanya juga petuah. Senantiasa ada amanah di baliknya. Atau kata orang cerdik cendikia, ada nilai edukasi di dalamnya.

    Seperti halnya tabu bagi orang Dayak, terutama rumpun suku Bidayuh, untuk melangkahi tangkai pancing.

    Jangan pernah menaruh tangkai pancing (joran kael) dalam posisi tergeletak. Sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dilangkahi oleh orang lain. Sebab, kalau telah dilangkahi. Terutama oleh kaum hawa. Maka pancing itu akan menjadi sial. Tidak akan pernah dapat. Selapar apa pun ikan dan udang, bila melihat umpan yang tergeletak depannya, akan bergeming. Dan emoh makan umpan, meski menggoda.

    Belum ada penelitian ilmiah tentang kaitan langsung antara tangkai pancing dan langkah-melangkahi ini. Namun, akal sehat dapat menduga.

    Mata pancing itu tajam. Lagi pula, berkait. Ikan saja tidak bisa lepas dari mata kail itu. Jangankan kulit dan daging manusia yang halus. Jika mata kail lepas, mengenai badan kita, niscaya terluka.

    Saya menduga. Larangan itu tidak serta merta membawa sial jika tangkai pancing dilangkahi, terutama oleh wanita. Namun, bayangkan akibatnya! Jika saja, ketika dilangkahi, mata pancing itu mengait kita? Apalagi kena bagian atas kaki orang yang melangkahinya?

    O… tentu celaka!

    Makanya. Petuah leluhur jangan selalu dimaknai harfiah. Sangat dalam. Dan filosofis sekali.

    ***

    Bionarasi

    WhatsApp Image 2021 08 06 at 07.19.02

    Drs. Herys Maliki dilahirkan di Terusan Bonti pada 6 Juli 1958. Seorang pendidik (Pend. Bahasa Inggris) senior kita. Ia seorang Dayak Jangkang. Pernah Kepala SMA 1 Sanggau, SMAN Kembayan, dan SMK Sanggau. Di akhir pengabdiannya sebagai pendidik, Herys Maliki adalah Kabid Dukcapil, Kab. Sanggau, Kalbar.

    Lama berkecimpung sebagai pendidik, yang bersangkutan merasa terpanggil untuk menghimpun “tacit knowledge.” Jika dibahasaindonesiakan, berarti: petuah, atau kebijaksanaan hidup yang diwariskan orang tua secara turun-temurun.

    Mulai tahun 2021 menulis kolom Petuah Leluhur di www.derikborneo.com

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita