26.5 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualBenar-Benar Merdeka

    Benar-Benar Merdeka

    | Penulis: Pdt. Paran Sakiu, S.Th

    Tujuh puluh enam tahun, jika itu umur manusia berarti sudah usia lanjut. Kondisi tubuh sudah jauh melemah. Bahkan ada yang menggunakan tongkat, kursi roda, gigi palsu, alat pendengaran.

    Tidak sedikit diantaranya membawa minyak angin atau minyak gosok. Jika ada orang yang masih bugar tanpa alat-alat penunjang, itu adalah berkat khusus baginya.

    Tujuh puluh enam tahun bagi sebuah negara belum seberapa. Perjalanannya masih panjang. Itulah umur negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2021. Sejak menyatakan diri merdeka dari penjajahan hingga sekarang ini, penuh dengan perjuangan.

    Ada banyak nyawa yang gugur di medan perang yang kita kenal dengan sebutan pahlawan. Kita yang hidup di era ini dan juga generasi mendatang harus mempertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan penuh tanggung jawab.

    Merdeka sebagai warga negara Indonesia dan merdeka sebagai warga negara Sorga tidak jauh berbeda. Terutama dari sisi kepahlawanan. Sisi mempertahankan kemerdekaan serta sisi dalam mengisi kemerdekaan.

    Selaku warga negara Indonesia dan sekaligus warga negara sorga, kita dituntut menghargai jasa pahlawan. Tidak ada kemerdekaan tanpa ada pahlawan. Tidak akan eksis sebuah negara yang merdeka tanpa usaha mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

    Pahlawan secara rohani bagi kita adalah Yesus Kristus. Ia telah memerdekakan kita dari dosa. Memerdekakan kita dari kutuk. Memerdekakan kita dari kuasa Iblis. Memerdekakan kita dari maut. Memerdekakan kita dalam segala sisi kehidupan.

    Ia berjuang dengan mengalami kehinaan, penolakan, jadi bahan tontonan. Dimahkotai duri. Di sesah. Di Paksa memikul salib menuju Golgota. Disalibkan dan mati di atas kayu Salib. Ia merdeka dari alam maut. Ia memberikan kemerdekaan itu kepada kita demikian bunyi Firman” saudara-saudara, memang kamu dipanggil untuk merdeka”.

    Pada posisi merdeka. Bangsa ini tidak boleh berleha-leha. Apalagi membiarkan pengaruh budaya negara lain yang bertentangan dengan budaya dan ideologi bangsa. Penjajahan melalui kebudayaan terang-terangan ada di depan mata. Jika terjadi pembiaran selesai sudah bangsa ini.

    Demikian juga merdeka secara rohani tidak diperkenankan berbuat sesuka hati. Tanpa mengikuti ketentuan Tuhan. Mereka yang terus hidup dalam dosa sesungguhnya tidak memahami apa makna merdeka di dalam Yesus Kristus. Perhatikan dengan baik Firman ini:” Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa”.

    Negara Indonesia sudah seharusnya mengisi kemerdekaan ini. Diantaranya memajukan bidang pendidikan, bidang teknologi Informasi, bidang ekonomi. Penguatan karakter bangsa. Bekerja sama dengan negara maju untuk transfer ilmu dll. Jika terpenuhi dijamin akan ada kesejahteraan bagi semua warga negara.

    Kita yang juga sudah merdeka secara rohani harus mampu mengisi kemerdekaan ini dengan menjadi berkat bagi sesama. Harus mau dan mampu berempati dan bersimpati. Tanpa pembuktian seperti itu berarti kita masih berbagi jarak dengan kata dengan makna merdeka sabda Tuhan mengatakan: ”layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”. Berarti mereka yang merdeka adalah mereka yang melayani bukan dilayani. Sudahkah kita demikian? Sekali lagi jawaban membuktikan kita sudah benar-benar merdeka atau belum sama sekali, amin.

    Bacaan Alkitab: Galatia 5:13

    Sumber gambar: https://thumbs.dreamstime.com/b/hand-draw-vector-template-background-banner-freedom-merdeka-indonesia-language-fisting-219937717.jpg

    ***

    Bionarasi

    paran

    Paran Sakiu, S.Th. dilahirkan di Mentonyek pada 19 Maret 1971. Guru PAK di SMPK Rahmani, pegiat literasi.

    Gembala Sidang GKRI Epifania Penjaringan, Jakarta Utara.

    Menulis dan menerbitkan buku:

    1. Menimba dari Sumur Yakub (Tangerang, 2019)

    2. Kumpulan Cerpen: Hari Terakhir (Tangerang, 2020)

    Aktif menulis untuk www.detikborneo.com.

    Menikah dengan Okseviorita dan telah dikarunia tiga orang anak, menetap di penjaringan, Jakarta Utara.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita