| Penulis: R. Masri Sareb Putra
Orang Dayak tidak merusak alam. Termasuk sungai dan biotanya. Sebab sadar, alam bagian dari kehidupan. Nuba, misalnya. Tidak mematikan ikan dan biotanya di air, melainkan hanya memabukkannya saja.
Banyak orang yang tidak lagi paham. Terutama generasi muda. Jangankan melihat. Mendengar pun barangkali belum pernah. Bagaimana menuba ikan?
Berasal dari kata “tuba”. Nuba yakni kegiatan sekelompok orang dan seluruh kampung Dayak secara tradisional menangkap ikan dalam jumlah besar.
Dikenal, dan biasa digunakan dua macam atau bahan tuba. Yakni dari akar tanaman yang dalam latin derris elliptica dan dari buah.
Tuba adalah suatu tanaman khas bumi Borneo yang akarnya beracun. Sedemikian rupa, sehingga dapat memabukkan atau meracuni ikan dan hewan air lainnya.
Salah satu jenis tuba orang Dayak yang berupa buah, bulat, sebesar jempol atau ibu jari orang dewasa. Orang Bidayuh menamakannya “jaroh, “manah” atau “komanah”.
Penggunaannya sama dengan akar derris elliptica. Buah Komanah ditumbuk halus, kemudian dihanyutkan bersama dengan air mengalir. Khasiatnya sama, komanah akan memabukkan ikan-ikan, namun tidak mematikannya.
Ditumbuk-tumbuh untuk mengeluarkan getahnya, ditampung dalam wadah, kemudian dihanyutkan bersama dengan air yang mengalir. Bersamaan dengan mengalirnya air itulah, ikan dan segala binatang yang ada di dalam sungai atau lubuk itu menjadi mabuk.
Semua yang ada di dalam sungai dan lubuk, keluar semua. Lalu mengapung ke permukaan air. Pada saat itulah ikan-ikan yang mabuk kena tuba itu ditangkap secara beramai-ramai. Namun, ikan yang kecil-kecil, dilepas, dibiarkan saja. Sebab nanti akan menjadi besar pula dan agar keberlangsungan isi sungai tidak punah.
Hal yang sering disalahartikan. Terutama oleh kaum di luar Dayak. Seakan-akan nuba itu merusak sungai dan seluruh biotanya. Sama sekalin bukan!
Air tuba hanya memabukkan ikan saja, bukan mematikan. Ikan yang besar-besar diambil, sedangkan ikan yang kecil dan anakannya, dilepaskan untuk berkembang biak secara alami. Yang memusnahkan ikan dan biotanya adalah racun kimia.
Selain memusnahkan, racun kimia ini juga sangat berbahaya. Pernah terjadi, seperti film horor, satu kampung banyak yang meninggal dunia gara-gara makan ikan oleh racun kimia.
Racun kimia yang dikenal dengan “aldrin” racun pembasmi rayap dan hama padi, kerap digunakan orang untuk menuba ikan. Racun ini amat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Cara mengetahui ikan dituba dengan tuba alami atau dengan racun kimia adalah bahwa dengan racun kimia, ikan mudah busuk terutama di bagian kepalanya, kaku, dan ada baunya. Selain busuk, ada bau kimianya.
Sedangkan yang ditangkap menggunakan racun alami ala Dayak tidak mudah busuk, tidak kaku, dan tidak berbau. Tidak membahayakan kesehatan manusia, jika ikan-ikan itu dikonsumsi.
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.