| Pdt. Yusak Timothy, M.Th
Ketika Samuel masih kecil setidaknya melihat bagaimana ulah Hofni dan Pinehas pada umat Israel, menyebabkan TUHAN Murka pada mereka berdua bahkan TUHAN mengirim nabi datang menegur Imam Eli. Juga TUHAN berbicara pada Samuel yang masih kecil, ia mendengar teguran TUHAN pada Imam Eli lewat dirinya, seharusnya dia ingat moment tersebut.
Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan (1 Sam. 8:2-3).
Rupanya masa anak-anak Imam Eli diulang oleh anak-anak Nabi Samuel walau tidak mirip sama. Entah bagaimana cara nabi Samuel mendidik anak-anaknya, hingga dicatat diatas bahwa anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya: yaitu Nabi Samuel. Dan padahal Kitab Samuel ini mencatat nabi Samuel berhasil mendirikan sekolah untuk mendidik kandidat nabi tapi gagal mendidik anak-anaknya sendiri hingga dicatat diatas anak-anaknya Samuel mengejar loba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.
Firman TUHAN berikut berkisah akan sekolah yang dikelola nabi Samuel.
Maka Saul mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud. Tetapi orang-orang ini melihat sekumpulan nabi kepenuhan, dikepalai oleh Samuel. Dan Roh Allah hinggap pada orang-orang suruhan Saul, sehingga mereka pun kepenuhan seperti nabi (1 Sam. 19:20).
Baca juga: Belajar dari Imam Eli
Kesibukan nabi Samuel pada masa itu adalah melayani dan bekerja bagi TUHAN, tidak berbeda dengan para hamba TUHAN di masa ini. Tidak seperti para jemaat yang hanya melayani TUHAN di Gereja namun, bekerja di perkantoran.
Biarlah kita para orangtua yang hidup di zaman ini belajar dari kegagalan nabi Samuel, agar tidak mengulangi kegagalan tersebut bahkan belajar mengantisipasinya, sibuk untuk meraih kesuksesan dalam bekerja atau berkarir boleh namun, juga harus fokus dalam mendidik anak-anak kita yang TUHAN percayakan selama ini.
Ketika kita orangtua memiliki kesempatan bertatap muka dengan anak-anak di rumah ataupun di rumah makan saat menyantap hidangan bersama, gunakanlah waktu itu untuk berkomunikasi dua arah dan bukan lomba diam tanpa kata, berikan pengajaran dan cerita kesaksian bagaimana TUHAN menyertai dan memberkati diri kita para orangtua dan itu kita sampaikan pada anak-anak kita.
Dan oleh sebab itu seimbangkanlah keduanya antar bekerja dan berkomuntikasi dengan anak kita hai para orangtua di zaman ini, karena anak-anak kita sejak bayi bagai selembar kertas putih yang perlu diisi. A M I N.
Sumber gambar: https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2015/10/07/foot-5614e5500123bd0d15e7f005.jpg
****
Bonarasi
Pdt. Yusak Timothy, M.Th., Penulis merupakan pendiri dan pelaksana LENTERA SUARA NUSANTARA, sebuah Lembaga yang melayani Persekutuan kantor JaBoDeTaBek.
Menikah degan Deborah Pariva dan dikaruniai seorang Putri : Naomi Gracia Timothy. Menantu : Riky dan Cucu : Darlene Joanna.
Menulis & menerbitkan buku berjudul “Kesinergian dalam Bermisi” pada tahun 2013.