Penulis: Maria Fransiska
SEKADAU, Detikborneo.com – Institut Teknologi Keling Kumang mengimplementasikan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam menyikapi bagaimana pembelajaran dalam era revolusi industri. Kegiatan lokakarya diselenggarakan di Meeting Room Yayasan Pendidikan Keling Kumang, Sekadau (8-9/2/2022).
Lokakarya ini dihadiri oleh Rektor ITKK, Dr. Drs. Stefanus Masiun, S.H., M.E. Wakil Rektor I, Adil Bertus AS, S.E., M.M. Wakil Rektor III, Hendrikus Mangku, S.Ag., M. Phil., para dosen prodi Agroteknologi, Kewirausahaan, dan Rekayasa Komputer serta staf manajemen.
Dalam sambutannya, Masiun menyampaikan bahwa secara ide, program MBKM ini sangat menarik. Selama ini, para lulusan terlalu fokus pada pilihan jurusannya. Ia tidak belajar ilmu-ilmu yang lain. Sementara, kita ada istilah spesialis-generalis. Kita punya spesialisasi. Akan tetapi, kita juga harus punya pengetahuan umum. Lebih lanjut, rektor mengharapkan agar lokakarya tersebut dalam menghasilkan kurikulum yang efektif dalam praktiknya. Dengan demikian, proposal tersebut bisa membawa ITKK untuk masuk ke dalam rombongan host dalam penyelenggarakan MBKM di Indonesia.
Fasilitator kegiatan ini adalah Rinto Andhi Suncoko, S.Si., S.H., M.Si, Praktisi Kebudayaan dan Susanto, Penyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran dari Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. Hadir secara virtual, Fauzi Noer Rachman, Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Ph.d dan Dewi Wulandari fasilitator dari DIKTI yang menyajikan materi implementasi MBKM di perguruan tinggi. Dalam pemaparannya, Rinto menjelaskan mekanisme penyusunan kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka sesuai dengan pedoman pembuatan kurikulum nasional. Setelah itu, para dosen mengidentifikasi mata kuliah yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum Merdeka Belajar.
Hadir secara virtual, Noer Fauzi Rachman, Ph.D memberi pencerahan jalannya program MBKM, mengingat ITKK baru beroperasi selama hampir dua semester. “Untuk proposal yang hari ini disusun, akan direalisasikan pada Agustus 2024. Dari proposal tersebut, kita bisa membayangkan 140 mahasiswa ITKK angkatan pertama diberi kesempatan memilih bidang-bidang yang akan dipelajari. Karena itu, dari sekarang kita bisa mengarahkan kecakapan-kecapakan (mata kuliah) yang kira-kira dapat dibekali kepada mereka sampai pada semester lima,” terang Fauzi. Menurutnya, ada satu kemungkinan, KSP CU Keling Kumang yang telah maju sedemikian rupa dapat menjadi tempat belajar mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Tentunya, hal ini perlu di-organize antara KSP CU Keling Kumang dengan ITKK sebagai tuan rumah Merdeka Belajar Kampus Merdeka perlu disiapkan.
Setelah mendengar pemaparan dari Dewi Wulandari mengenai MBKM, ITKK memutuskan untuk membuat proposal MBKM magang bersertifikat dengan mengusung tema: Kelapa Sawit Berkelanjutan dan School of Credit Union. Hal tersebut digagas lantaran ITKK masih beroperasi selama satu semester. Materi yang akan disampaikan, salah satunya pengetahuan tentang pengelolaan CU dan pengelolaan kelapa sawit. Mahasiswa bisa belajar selama satu semester di lapangan dan satu semester di dalam kelas.
Lokakarya ini menjadi salah satu media kerja sama antara Gerakan CU Keling Kumang (GCUKK) dan Institut Teknologi Keling Kumang, serta mahasiswa dalam memaksimalkan outcome dari program kegiatan dalam kurikulum Merdeka Belajar.
***