| Penulis R. Masri Sareb Putra
Masyarakat Dayak tidak ingin tanggung-tanggung menamai pemimpin besar mereka. Yakni “Presiden”, pemimpin puncak bagi sekitar 7,5 penduduk dengan 405 subetnis di dunia itu.
Presiden, berasal dari bahasa latin prae artinya sebelum dan sedere
berarti menduduki. Presiden berarti suatu nama jabatan yang digunakan untuk pimpinan suatu organisasi, perusahaan, perguruan tinggi, atau negara.
Bahkan, pada awalnya, istilah presiden digunakan untuk seseorang
yang memimpin suatu acara atau ketua rapat.
Kalau begitu, presiden Dayak dalam konteks apa?
Kebangkitan suku Dayak di era milenium kedua ini ditandai dengan berdirinya sebuah wadah yang menyatukan dan memperjuangkan hak-hak masyarakat Dayak khususnya di Indonesia.
Diawali oleh Dr. Barnabas Sebilang, dkk., pada tanggal 15 Mei 2001 yang
mendirikan perkumpulan “Dewan Adat Dayak Kalimantan”
yang berpusat di Balikpapan.
Dewan Adat Dayak Kalimantan kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Majelis Adat Dayak Nasional pada tahun 2008. Adapun Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) didirikan
di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Presiden Dayak (MADN) pertama adalah Dr. Agustin Teras Narang, S.H. Penyandang nama yang dalam bahasa Ngaju “inti kayu keras” ini menjabat periode tahun 2010-2015. Selama menjabat Presiden MADN, Teras Narang begitu dikenal namanya karena menorehkan banyak
prestasi yang telah dicapai. Ia mampu menunjukkan bahwa orang
Dayak tak bisa begitu saja diremehkan.
Pada 2015, Teras Narang menyelesaikan tugas sebagai Presiden Dayak. Di masa ini, estafet Pertama Dayak terjadi. Tampuk pimpinan MADN diserahkan kepada Cornelis. Keterpilihan Cornelis bukan tanpa
alasan. Ia dianggap orang paling tepat. Bukan hanya karena keberaniannya, melainkan juga ada faktor yang tidak kalah dari pendahulunya.
Musyawarah nasional MADN berlangsung pada Sabtu,
19 September 2015 di Aula Kalawa Water Park, Jalan Tjilik Riwut km 7 Palangka Raya. Acara dibuka oleh Agustin Teras Narang. Dan Yansen A Binti sebagai Ketua Pimpinan Musyawarah Nasional MADN.
Munas ini dihadiri 200 orang.
Pada Munas V MADN di Hotel Peninsula, 18 – 20 Juni 2021 di Jakarta, Dr. Marthin Billa terpilih secara bulat sebagai penerus Presiden Dayak yang ketiga. Era ini, MADN berkantor di pusat pemerintahan Republik Indonesia. Sebelumnya, di tempat kediaman predisen MADN.
Periode 2021 – 2026, MADN juga mengenal adanya Wakil Presiden yang saat ini dijabat Dr. Andersius Namsi, Ph.D., seorang Dayak Bakati’ dari Bengkayang, Kalimantan Barat.
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.