Opini | Agus Teladjan
Jakarta, Jangan hanya karena perbedaan prinsip, pilihan dan selera atas kandidat calon atau paslon capres dan oleh kebersamaan serta persaudaraan menjadi retak bahkan sampai bermusuhan tidak bertegur sapa untuk saling membenci,dengki iri adalah akar dari dosa.
Frame atau slide dari hiruk-pikuk pemilu ajang pesta demokrasi yang tersaji via WA group sosmed atau pemberitaan di TV masing-masing kandidat calon dan paslon pasti mengkampanyekan dan propaganda kan hal terbaik visi misi atau rekam jejak disampaikan tersaji secara real-time dalam musim pemilu menjadi perhatian kita semua, tentu ada hoax, black campaign, kampanye negatif, pencitraan diri dan propaganda politik dalam bentuk konten video, gambar, links berita atau Chat pigur publik politik artis,agamawan dan bisnisman tersaji didepan kita setiap hari bahkan setiap saat pada musimnya pemilu.
OPINI: Menilik Fenomena Hubungan Parasosial Penggemar KPOP Dibalik Layar Media Sosial
Mari kita berpikir dan bertindak tidak hanya dengan perasaan tapi rasionalitas yang menggunakan akal logika juga nalar yg sehat dan benar dalam menyikapi setiap segala bentuk kejadian frame dari yang ditunjuk kan dan ditampilkan elite politik, pengamat politik, pejabat negara, pejabat agama dan tokoh masyarakat serta kelompok masa Ormas dan partai kontestan.
Perhatikan hal-hal rasionalitas yg menjadi kebutuhan dasar bukan sekedar keinginan kekuasaan akan jabatan yang menjadi fokus tetapi kebutuhan masyarakat banyak yg menjadi orientasi dan pertimbangan kita setiap pribadi agar mendapatkan dan memperoleh tujuan Indonesia yang adil dan sejahtera bersama berdasarkan UU45 dan pancasila diantaranya yg paling kruasial dan penting menjadi sebagai kebutuhan bersama kita semua untuk memilih pemimpin yang mampu melaksanakan diantaranya, mampu berdiri bersama dengan orang yang berbeda dan mengayomi semua umat beragama juga memiliki karakter pemimpin moderasi beragama sehingga pemerintahan akan datang dapat menyelesaikan segala konflik beragama yang dapat mengancam disintegrasi atau perpecahan anak bangsa.
Hal rasionalitas berikut nya adalah kita memilih dan mendukung pemimpin dan penyelenggara negara tetap melakukan serta melaksanakan cita-cita Reformasi bangsa th ’98 yaitu semangat tegaknya hukum untuk memberantas KKN yang telah memakan korban jiwa dan raga para relawan kemanusiaan dan aktivis anak bangsa pada masa tersebut setelah tumbangnya masa era orba yang sarat dengan kepemimpinan yang Kolusi,korupsi dan Nepotisme (KKN) sudah kita tinggalkan dan lewati segera kita tinggal kan dan hapus kan sebagai kebiasaan perilaku buruk pejabat dan kesewenang-wenangan penyelenggara negara yang lalim dan kejam berlindung atas nama negara tapi sesungguhnya kekejaman kemanusiaan yg adil dan beradab.
Untuk itu era Reformasi Ditunjang dengan kemajuan teknologi transformasi berbasis digitalisasi pada sistem transparansi pemerintahan untuk tidak berkolusi, korupsi dan nepotisme secara koncoisme kerabat atau keluarga harus hilang dari muka bumi nusantara ibu Pertiwi menuju Indonesia emas tahun 2045.
Hal yg tidak kalah penting dari kedua hal tersebut diatas dalam memilih pemimpin yang berorientasi dan konsentrasi pada tegak nya hukum, tanpa kepastian dan kesetaraan dalam hukum menjadi dasarnya dengan sendirinya akan menjadi rapuh sebesar atau sebagus apapun program kebijakan dan pembangunan pemerintahan yang dijalankan pemimpin kedepan, sehingga masyarakat sendiri secara otomatis memiliki kesadaran hukum yang tinggi jika seorang pemimpin juga taat dan setia pada konstitusi dan hukum serta mampu membangun insfrastruktur hukum yang baik, karena kepercayan dan kepastian hukum segala tindakan juga tindakan hukum hal yang sangat urgent saat kini untuk dapat dengan mudah dan leluasa memperoleh rasa keadilan masyarakat yang selama ini masih bahwa hukum tajam kebawah tapi tumpul keatas.
Kualitas dari setiap hasil dari pemilu menentukan kemajuan berbangsa dan bernegara hanya setiap warga negaranya memiliki rasionalitas serta idelisme dan keinginan yang tinggi untuk sadar bahwa negara akan kuat karena setiap warga negaranya taat pada hukum juga pemimpin nya setia pada undang-undang dan konstitusi sebagai konsensus berbangsa dan bernegara semua sama dimata hukum.
Segala bentuk atau cara,gaya dan irama aneka suasana dalam riuhnya masa pemilu khusus nya kampanye dri setiap kontestan pemilu dengan kreator kontens gambar,meme,link video sosmed seperti kembang api yang di curahkan diatas langit pada acara menyambut tahun baru yang bagai pesta pada saatnya akan berakhir pula,harus disikapi secara bijak dan dewasa iman,samua pasti akan berlalu normal seperti semula tanpa terus membawa perasaan dendam dan sentimen negatif dalam spirit serta semangat baru sebagai satu keluarga juga saudara bahwa pemimpin terpilih adalah pemimpin kita semua presiden Indonesia, musim pemilu yang penuh dengan dinamika dan warna menjadi pelajaran juga pengalaman baru bukan menjadi kan jurang perpecahan karena berbeda pandangan dan dukungan kontestan pilpres & pileg.
Untuk mata menambah wawasan dalam sosial politik bernegara penting mendapatkan Edukasi politik adalah ikut dalam setiap kegiatan baik hanya sekedar menjadi pengamat, aktivis relawan, pelaku politikus para kontestan calon pilpres dan caleg 2024 dan konstituen peserta anggota partai sangat lah penting menjadi pelajaran langsung terhadap setiap warga dan masyarakat serta kita semua untuk sabar, membuka diri untuk menerima perbedaan pandangan dalam batas kewajaran atas nama kemanusiaan bahwa manusia itu beragam dan unik satu sama lainnya hendaklah saling melindungi,saling percaya dan saling menghargai sehingga semangat kebersamaan dan persatuan tumbuh sempurna menjadi kekuatan kaum dan bangsa, sadarilah persatuan dan kerukunan diatas segalanya,sepanjang sejarah bangsa Indonesia hanya semangat kebinekaan dari berbagai macam etnis suku bahasa membuat kita kuat saling melekat oleh ideologi perekat yaitu Pancasila role model unity dunia ,salam tetap semangat dan sehat semuanya.