25 C
Singkawang
More
    BerandaPetuah LeluhurTertawa Kontekstual

    Tertawa Kontekstual

    | Penulis: Dr. Mugeni

    “Sheett… gigi kotakmu jangan terlalu dipamerkan,” kata saya kepada teman imajinatif saya di suatu kesempatan ketika ia mulai menunjukkan gejala-gejala tertawa yang tidak terkendali seperti biasanya.

    “Memangnya kenapa?”, protesnya. Pelan saya yakinkan kalau tertawa (apalagi keras-keras) yang tidak kontekstual itu bisa menyinggung dan mengganggu ketenangan serta kenyamanan sosial (orang lain).

    Teman imajinatif saya akhirnya manggut-manggut, tetapi jujur saya tidak tahu apakah manggut-manggutnya karena dia mengerti atau sekadar menghindari perdebatan yang tidak perlu dengan saya.

    Tentu boleh saja dan tidak melanggar undang-undang kalau kita bersenang-senang, bersenda gurau, bercanda, ketawa-ketiwi sampai memperlihatkan seluruh gigi, tetapi haruslah di tempat yang semestinya. Kalau di masjid, di gereja, atau di tempat ibadah lainnya tentulah itu tidak patut dan tidak pantas.

    Juga di perpustakaan, di tempat orang sedang asyik konsentrasi membaca, jangankan tertawa keras, bunyi ketukan sepatu di lantai saja sudah membuat mata orang-orang “melotot” kepada kita. Di restoran atau kafe yang “eksklusif” bernuansa tenang, tiba-tiba di meja kita gaduh dan riuh dengan suara tawa yang nyaring pasti membuat suasana tidak nyaman bagi pengunjung lain. Padahal, mereka sudah membayar mahal untuk ketenangan dan kenyamanan yang ingin mereka nikmati (bukan sekadar melahap makanan).

    Sebaliknya, kalau sedang menonton pertunjukan lawak, menonton stand up comedy, sedang menghadiri pesta reunian dan sejenisnya, di situlah tempatnya kita unjuk gigi tertawa sepuasnya. Mosok nonton lawak mesam-mesem saja? Itulah yang saya maksud dengan tertawa kontekstual.

    Dalam perspektif agama, kita dilarang bersedih dan membolehkan tertawa. Tetapi, harus kontekstual dan jangan terlalu.

    Good morning. Selamat pagi!

    ***

    Sumber gambar: https://cdns.klimg.com/resized/476x/p/katatertawaaaaaw1.jpg

    ***

    Bionarasi

    Mugeni

    Dr. H. Mugeni, S.H., M.H. lahir pada 4 Juli 1959 adalah seorang tokoh literasi di Kalimantan Tengah, dan dahulu pernah menjadi seorang birokrat. Jabatan yang pernah ia emban salah satunya adalah sebagai Penjabat Bupati Barito Selatan pada 2016–2017.

    Kini menikmati hidup yang lebih hidup di perkebunannya di Sukamara, sembari giat berliterasi. Ia ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita