25.5 C
Singkawang
More
    BerandaGnōthi SeautonMengenal 7 Dimensi Rumah Panjang Orang Iban

    Mengenal 7 Dimensi Rumah Panjang Orang Iban

    | Penulis: R. Masri Sareb Putra

    Bahkan di kalangan anak muda Iban pun, hari ini. Dimensi dan filosofi rumah panjai ini kurang begitu luas dikenal.

    Di Kalimantan Barat, saat ini. Ada dua rumah panjai yang cukup dikenal. Di tempat lain, bisa jadi, masih ada rumah panjang yang dihuni, misal Saham di Landak. Namun, di Sanggau, Kopar, tidak ada penghuninya. Ada ratusan rumah panjang yang masih dihuni di Kapuas Hulu.

    Selain sering dipublikasikan, juga dikunjungi tamu asing. Yakni rumah betang, rumah panjang yang dihuni manusia.

    Yang pertama, rumah panjang Ensaid, dekat kota Sintang. Di kaki gunung monolit, Bukit Kelam.

    Yang kedua, rumah panjai Sungai Utik, Kapuas Hulu. Tuai rumahnya, Apai Janggut.

    Kedua rumah panjang ini dihuni orang Iban.

    Nah, berapa dan bagaimana dimensi serta filosofi rumah panjang orang Iban? Rumah panjang kaum Ibanik ada tujuh bagian:

    1) bilek yang ditinggali atau dihuni oleh anggota inti sebuah keluarga dan di dalam bilek itu ada dua bagian yakni bawah (untuk anak-anak) dan atas (untuk orang tua),

    2) sadau tempatnya di atas bilek tempat penyimpanan peralatan rumah tangga seperti tikar, bakul, parang, dan peralatan keluarga;

    3) los atau ruai yaitu tempat terbuka yang dipisahkan oleh tiang bumbung;

    4) tanju yakni bagian luar ruai yang dibangun tanpa bumbung digunakan untuk menjemur hasil pertanian, termasuk getah dan damar,

    5) dapur yang di dekatnya disalai/dihangatkan kepala musuh hasil kayauan yang disebut “antu pala” (piala kepala),

    6) padong yakni semacam kursi malas tempat bermalas-malasan, santai, sekaligus juga untuk tidur, dan

    7) tempuan atau koridor. Yakni lorong dalam rumah. Yang menghubungkan bilek satu dan yang lain.

    Ada ratusan rumah panjang yang masih dihuni di Kapuas Hulu.

    ***

    Bionarasi

    WhatsApp Image 2021 08 06 at 10.27.34

    R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.

    Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.

    Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita