| Penulis: Lisa Mardani
Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang melimpah. Negara yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke memiliki keragaman budaya yang luar biasa. Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam upacara adatnya. Upacara adat merupakan salah satu tradisi yang dianggap memiliki nilai-nilai bagi masyarakat sekitarnya.
Jika dimaknai lebih dalam, upacara adat merupakan cara manusia untuk berhubungan dengan Sang Pencipta dan para leluhurnya. Upacara adat juga merupakan perwujudan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan alam semesta.
Beberapa hari yang lalu, Felik Imbun (Ujang), salah seorang warga Dayak Uud Danum. Ujang dan keluarganya baru saja melaksanakan upacara adat untuk memasuki rumah barunya. Rumah tersebut dibangun untuk membuka sebuah usaha kuliner (rumah makan khas Dayak).
Nuhkat Lohpo Bohuak. Dokpri.
Dalam bahasa Dayak Uud Danum (auh eto’k), istilah memasuki rumah baru disebut “nuhkat lohpo bohuak”. Nuhkat artinya naik, lohpo artinya rumah, dan bohuak artinya baru. Pertanyaannya, mengapa harus memakai kata nuhkat/naik?
Sebab, sejak dahulu kala, masyarakat Dayak Uud Danum jika membangun rumah, dengan bentuk rumah panggung, yang tingginya bisa mencapai 2-3 meter di atas permukaan tanah. Artinya, jika penghuni rumah mau menempati rumah barunya, maka ia harus naik terlebih dahulu melewati tangga. Baru bisa memasuki rumah.
Baca juga: Piknik ala Wanita Dayak Uud Danum
Meski sekarang yang tinggal di kota, banyak juga yang membangun rumah semi permanen di atas permukaan tanah. Namun istilah “naik rumah baru” tetap digunakan. Sebab itu merupakan istilah yang dipakai oleh nenek-moyang terdahulu.
Dalam acara adat kemarin, menampilkan berbagai kesenian daerah Dayak Uud Danum. Musik dan tarian pun turut memeriahkan acara tersebut. Kegiatan ritual dalam upacara adat naik rumah baru ini disebut “sangkai purak.” Maknanya sebagai ucapan syukur, atas hajat niat yang telah terpenuhi.
Beberapa benda yang dipakai sebagai kelengkapan ritual adat adalah; tempayan, burung enggang dari kayu, patung, air arak, air tuak, dan benda pusaka nenek-moyang.
Nuhkat Lohpo Bohuak. Dokpri.
Adapun tujuan dari kegiatan upacara adat tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, ucapan syukur untuk memasuki rumah yang baru. Mengucap syukur, karena atas berkat dan rahmat Sang Pencipta, maka bangunan rumah telah selesai dibangun sesuai dengan doa dan harapan pemilik rumah.
Kedua, mengundang rejeki untuk masuk. Baik pemilik rumah/pemilik usaha maupun tamu yang datang sama-sama diberkati dan dilimpahi dengan rejeki dari Sang Pencipta pemberi rejeki.
Ketiga, mengusir dan menolak segala hal yang buruk. Segala aura negatif, dan roh jahat yang hendak mengganggu pemilik rumah maupun setiap tamu yang datang.
Baca juga: Ikan Topahas dari Sungai Uud Danum
Nuhkat Lohpo Bohuak. Dokpri.
Rumah makan khas Dayak ini tergolong unik dan menarik. Sebab di dalam ruang di setting sedemikian rupa dengan panorama alamnya yang khas. Pengunjung yang datang serasa makan di tengah hutan, sambil menikmati keindahan alam Borneo. Para tamu juga bisa melihat secara langsung. Beragam jenis kerajinan tangan khas Dayak Uud Danum, turut menghiasi ruang dan dinding rumah makan.
Rumah makan khas Dayak Serawai-Ambalau terletak di seberang terminal bus Sidomulyo Nanga Pinoh, Kalimantan Barat. Menyediakan berbagai aneka kuliner khas Dayak. Ada juga “bipang“ yang merupakan makanan khas Dayak Uud Danum.
Nuhkat Lohpo Bohuak. Dokpri.
Dokpri
Jika tertarik makan di tempat yang baru dengan suasananya yang unik? silakan mampir ke rumah makan khas Dayak Serawai-Ambalau di Nanga Pinoh.
***
Bionarasi
Lisa Mardani, S.Pd.K., dilahirkan di Kepingoi, Kalimantan Barat pada 11 Oktober 1986. Seorang perempuan dari suku Dayak Uud Danum. Sejak tahun 2021 aktif menulis feature tentang suku Dayak Uud Danum.