| Penulis: R. Masri Sareb Putra
Aty Djoedir dilahirkan pada 18 September. Wanita yang menitis darah Dayak Ma’anyan ini menyelesaikan pendidikan menengah di Banjarmasin. Setelah itu, mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Akan tetapi, rupanya pemilik nama lengkap Satya Titiek Atyani Djoedir ini lebih terpanggil untuk berkiprah di kancah politik pemerintahan. Ia Wakil Bupati Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah.
Sebagai pejabat pemerintahan, ia sangat dekat dengan rakyat. Bahkan, demikian merakyat. Menyatu dan berempati dengan mereka. Aty juga rajin dalam kegiatan-kegiatan kerohanian. Ia contoh pejabat yang sangat gaul. Tak peduli siapa pun dan dari golongan mana pun.
Baca juga: Atan Palil: Atan Berkata, Habis Perkara
Hal yang menarik, Aty bisa menempatkan diri dalam berbagai kesempatan. Jika acara resmi, ia pun berpenampilan resmi. Jika acara keluarga, ia pun seperti ibu-ibu lain. Sedemikian rupa, sehingga ketika bersama-sama, orang tak merasa ada jarak.
Aty pun melek media dan mafhum bahwa teknologi adalah “the extension of man”, atau perpanjangan manusia, sesuai dikemukakan McLuhan.
Maka, ia pun selalu meng-up date akun FB, hampir setiap hari. Kadang, ia merasa risi dan narsis. “Tapi anakku bilang, gak ada masalah ‘narciss’ karena itu membuat ibu tetap semangat dan sukacita dalam menjalani semuanya… Yang pasti, selalu bersyukur,” kilahnya.
Alat memang netral. Tergantung manusianya. Bagi Aty, via akun FB, ia bisa berkomunikasi, sekaligus berbagi dengan siapa pun. Tidak sebatas masyarakat Kabupaten Buntok, atau masyaratnya. Juga handai tolan dan siapa saja di luar sana.
Jika acara serta rapat-rapat di kantornya, Aty pasti tampak cantik sendiri. Tak pelak, wanita wakil bupati puak Dayak ini dikenal luas. Lincah, bersahaja, dan apa adanya. Ia berprinsip bahwa senyum, sapaan, dan ramah tamah adalah awal yang baik dari penyelesaian masalah.
Meski sehari-hari sibuk di eksekutif, Aty tak lupa, bahkan menyumbangkan sesuatu yang cukup penting buat sukunya di bidang linguistik. Bersama Yustart Repelita Ngaki Koroi, ia menyusun Kamus Bahasa: Ma’anyan – Indonesia ; Indonesia – Ma’anyan (2015).
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.