| Penulis: R. Masri Sareb Putra, M.A.
Pandemi Covid 19 mendera dunia, kita, dan juga batubara. Krisis batubara di dunia dari masa ke masa menunjukkan berbagai indikator. Padahal, kebutuhan akan bahan bakar padat itu meningkat. Kita terancam krisis energi.
Kebutuhan energi dunia meningkat dengan kemajuan ekonomi yang pesat sekitar 4% per tahun untuk tahun 1950-an dan 1960-an. Akan tetapi, total produksi batubara hanya 2% selama periode ini.
Bahan bakar padat saat ini menyumbang tidak lebih dari 30% dari total pasokan energi dunia. Batubara menyumbang 30% dari pasokan energi dunia, 40% produksi listrik, dan 70% bahan bakar untuk pembangkit listrik termal tradisional dan juga pemasok untuk industri besi dan baja.
Pasokan batubara untuk industri dan rumah tangga domestik mencapai hampir 40% dari pasarnya. Konsumsi yang diprediksi hanya akan menggunakan hingga 5-10% dari modal batubara pada akhir abad ini.
Harga batu bara per unit termal saat ini sepertiga dari harga minyak. Industri batubara merupakan industri berbasis tenaga kerja terancam turun hasil produksinya di satu pihak dan meningkat biaya pengadaannya di pihak lain.
Batubara dari perut bumi Borneo diangkut keluar. Dokpri.
Krisis batubara
Diperkirakan permintaan batubara global akan turun sekitar 8% pada tahun 2020. Terjadi penurunan terbesar sejak Perang Dunia II, dengan penurunan penggunaan batubara di hampir setiap sektor di setiap wilayah di dunia.
Di Cina, permintaan batu bara akan turun pada tahun 2020 sekitar 5%, meskipun pemulihan bertahap sejak penguncian Februari.
Kebutuhan energi dunia meningkat dengan kemajuan ekonomi yang pesat sekitar 4% per tahun untuk tahun 1950-an dan 1960-an, tetapi total produksi batubara hanya 2% selama periode ini. Bahan bakar padat saat ini menyumbang tidak lebih dari 30% dari total pasokan energi dunia. Batubara menyumbang 30% dari pasokan energi dunia, 40% produksi listrik, dan 70% bahan bakar untuk pembangkit listrik termal tradisional dan juga pemasok untuk industri besi dan baja. Batubara dan dan Kebutuhan Energi
Pasokan batubara untuk industri dan rumah tangga domestik mencapai hampir 40% dari pasarnya. Konsumsi yang diprediksi hanya akan menggunakan hingga 5-10% dari modal batubara pada akhir abad ini. Harga batu bara per unit termal saat ini sepertiga dari harga minyak. Industri batubara merupakan industri berbasis tenaga kerja terancam turun hasil produksinya di satu pihak dan meningkat biaya pengadaannya di pihak lain.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan produksi batu bara turun 11% menjadi 530 juta metrik ton tahun ini. Namun, anggota berencana untuk lebih menurunkan produksi menjadi 480 juta ton karena harga yang lemah, APBI mengumumkan pada hari Rabu. Harga batu bara acuan (HBA) Indonesia mencapai US$52,98 per ton pada Juni, harga terendah dalam empat tahun terakhir, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pemain Besar Batubara di Indonesia
Bumi Resources Adaro Energy), Arutmin, Delta Dunia Makmur, Indika Energy, Berau Coal, Kaltim Prima Coal, dan Kideco Jaya Agung.
Penambang di Indonesia, negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Telah memutuskan untuk memangkas produksi dalam negeri sebesar 50 juta ton tahun ini dalam upaya mereka untuk meningkatkan harga batu bara global, yang telah jatuh selama krisis Pandemi Covid-19.
Prediksi mengenai permintaan batubara global akan turun sekitar 8% pada tahun 2020, penurunan terbesar sejak Perang Dunia II, dengan penurunan penggunaan batubara di hampir setiap sektor di setiap wilayah di dunia.
Di China, permintaan batu bara akan turun pada tahun 2020 sekitar 5%, meskipun pemulihan bertahap sejak penguncian Februari.
***