26.9 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaCornelis Usulkan Pembangunan PLTN di Kalimantan untuk Tekan Biaya Produksi Listrik

    Cornelis Usulkan Pembangunan PLTN di Kalimantan untuk Tekan Biaya Produksi Listrik

    Jakarta, detikborneo.com – Anggota DPR RI dari Kalimantan Barat, DR (HC). Drs. Cornelis, MH, mengusulkan agar pemerintah mulai menginisiasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Pulau Kalimantan. Usulan ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI bersama Direktur PT PLN pada Senin (02/12/2024), yang membahas rencana kerja tahun 2025-2030.

    Cornelis menyatakan bahwa PLTN dapat menjadi solusi untuk menekan biaya produksi listrik yang tinggi, sekaligus mengatasi krisis listrik di berbagai wilayah, khususnya di Kalimantan Barat.

    “Pulau Kalimantan sangat cocok untuk pembangunan PLTN karena tidak rawan gempa. Jangan takut menggunakan teknologi ini, negara lain berani, kenapa kita tidak? Ini bisa menjadi langkah strategis untuk mengurangi biaya listrik dan memastikan ketersediaan listrik di daerah yang masih minim akses, seperti di Kalimantan Barat,” ujar Cornelis.

    1000930491

    Dukungan dari Tokoh Dayak Di Jakarta

    Sekretaris Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Jakarta Lawadi Nusah turut mendukung usulan ini, menyebut Kalimantan Barat sebagai lokasi yang strategis untuk proyek PLTN. Salah satu keunggulannya adalah ketersediaan bahan baku utama, yaitu uranium, yang tambangnya juga berada di Kalimantan Barat.

    “Program ini sangat baik dan patut didukung. Kalbar memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan PLTN di Indonesia,” kata Lawadi.

    Ia juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, dirinya bersama tim telah membawa calon investor dari BUMN China yang berpengalaman membangun PLTN di enam negara. Investor tersebut bahkan telah bertemu dengan Gubernur Kalbar, Sutarmidji, untuk menjajaki proyek ini.

    Namun, kompetisi antar calon investor masih berlangsung.

    “Ada juga pihak dari Amerika Serikat dan Rusia yang berminat. Semua masih menunggu keputusan pemerintah untuk menentukan siapa yang akan dipilih,” tambah Lawadi.

    Langkah Strategis untuk Masa Depan Energi

    Jika terealisasi, PLTN di Kalimantan Barat akan menjadi tonggak baru dalam pemanfaatan energi nuklir di Indonesia. Pembangunan ini tidak hanya menjawab kebutuhan listrik di daerah terpencil, tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan teknologi energi terbarukan yang aman dan efisien.

    Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mewujudkan proyek ini demi keberlanjutan energi nasional dan pemerataan pembangunan listrik di seluruh Indonesia.

    Daftar Negara Maju Yang Sukses Mengunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

    Berikut adalah daftar negara yang sukses menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai sumber energi listrik utama, dengan operasi yang aman dan efisien:

    1000930515
    1. Amerika Serikat

    Jumlah reaktor: 93 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 19-20% dari total produksi listrik.
    Fakta: Amerika memiliki PLTN terbesar di dunia, seperti pembangkit Palo Verde di Arizona.

    1. Prancis

    Jumlah reaktor: 56 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 70-75% dari total produksi listrik.
    Fakta: Prancis adalah negara dengan ketergantungan nuklir tertinggi, memimpin dunia dalam ekspor teknologi nuklir.

    1. China

    Jumlah reaktor: 55 unit aktif, dengan lebih dari 20 dalam pembangunan.
    Kontribusi listrik: Sekitar 5% dari total produksi listrik, tetapi terus meningkat.
    Fakta: China menjadi pemain utama dalam pengembangan PLTN modern dengan teknologi canggih.

    1. Rusia

    Jumlah reaktor: 37 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 20% dari total produksi listrik.
    Fakta: Rusia dikenal dengan reaktor nuklir inovatif seperti teknologi floating reactor (reaktor terapung).

    1. Jepang

    Jumlah reaktor: 33 unit (sebagian besar dalam status restart pasca-Fukushima).
    Kontribusi listrik: Sekitar 7-8% dari total produksi listrik.

    Fakta: Jepang memulai kembali penggunaan nuklir dengan standar
    keselamatan baru setelah bencana Fukushima 2011.

    1. Korea Selatan

    Jumlah reaktor: 25 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 30% dari total produksi listrik.
    Fakta: Korea Selatan adalah salah satu eksportir utama teknologi nuklir global.

    1. Kanada

    Jumlah reaktor: 19 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 15% dari total produksi listrik.
    Fakta: Kanada menggunakan teknologi CANDU (reaktor air berat) yang andal dan diekspor ke beberapa negara.

    1. Jerman

    Jumlah reaktor: Sebagian besar telah dinonaktifkan (berencana untuk sepenuhnya meninggalkan nuklir).
    Fakta: Sebelum penutupan bertahap, nuklir menyumbang sekitar 30% dari listrik nasional.

    1. Inggris

    Jumlah reaktor: 8 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 15% dari total produksi listrik.
    Fakta: Inggris berinvestasi dalam reaktor generasi baru untuk menggantikan unit lama.

    1. India

    Jumlah reaktor: 23 unit aktif, dengan beberapa dalam pembangunan.
    Kontribusi listrik: Sekitar 3% dari total produksi listrik.
    Fakta: India mengembangkan teknologi nuklir berbasis thorium untuk mengurangi ketergantungan pada uranium.

    1. Ukraina

    Jumlah reaktor: 15 unit aktif (meskipun beberapa terkena dampak perang).
    Kontribusi listrik: Lebih dari 50% sebelum konflik.
    Fakta: Ukraina memiliki salah satu PLTN terbesar di Eropa, Zaporizhzhia.

    1. Finlandia

    Jumlah reaktor: 5 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 30% dari total produksi listrik.
    Fakta: Finlandia memimpin dunia dalam pengelolaan limbah nuklir melalui fasilitas penyimpanan bawah tanah.

    1. Swedia

    Jumlah reaktor: 6 unit aktif.
    Kontribusi listrik: Sekitar 30% dari total produksi listrik.
    Fakta: Swedia memadukan nuklir dengan energi terbarukan untuk mencapai netralitas karbon.

    Negara-negara ini telah menunjukkan bahwa energi nuklir dapat menjadi solusi andal dan aman untuk kebutuhan energi, dengan manajemen risiko yang baik dan teknologi canggih. (Bajare007)

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita