25.8 C
Singkawang
More
    BerandaSosokGuru Hebat Dari Banua Simpang (3)

    Guru Hebat Dari Banua Simpang (3)

    Picture1

    | Penulis: Amon Stefanus

    Tulisan berikut adalah bagian ketiga dari Seri Guru Hebat dari Banua Simpang. Guru yang dimaksud adalah Matheus Entji Ulik. Guru Entji sepanjang karirnya selama 36,5 tahun selalu menjabat sebagai kepala sekolah. Dari ketika diangkat oleh Yayasan usaba pada tahun 1968 hingga beliau pensiun sebagai PNS pada tahun 2005 Pak Entji selalu menjabat sebagai kepala sekolah.

    Mendidik dan Mengajar

    Setiap guru harus bisa digugu dan ditiru. Karenanya harus bisa mengajar dan mendidik. Mendidik artinya mengubah tingkah laku anak menjadi lebih baik. Oleh karena itu kepribadian guru harus mempunyai kepribadian yang dapat ditiru dan digugu agar bisa jadi panutan. Dia harus mmemiliki banyak ketrampilan. Tidak banyak guru yang punya ketrampilan seperti itu. Sebab itulah mendidik adalah pekerjaan yang sangat berat tetapi mulia.

    Mengajar adalah memindahkan pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik. Untuk mengajar guru harus memiliki pengetahuan yang luas, pengalaman dan metode mengajar yang baik. Menguasai cara mengajar yang baik agar mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.

    “Pertama mengajar saya sebagai guru kelas VI. Saya sangat bersemangat mengajar, ingin rasanya semua pengetahuan yang ada diterima oleh murid-murid. Saat itu belum ada kurikulum baku, yang ada hanya buku pelajaran saja. Jadi patokan kita hanya ada pada buku murid. Dari 10 murid kelas VI ternyata yang lulus angkatan itu hanya 3 orang. Setelah saya introspeksi ternyata saya mengajar terlalu cepat mengejar bahan jadi tidak ada waktu untuk mengulang-ulang pelajaran”

    Adat “Penolak Gedung Sekolah”

    Dahulu di SDS Banjur Karab ada sejenis kesepakatan adat atas dasar hasil musyawarah antara pengurus POM, guru-guru, dan pemuka adat  bahwa ada adat yang harus dibayar oleh seseorang anak yang putus sekolah sebelum menamatkan kelas VI karena suatu hal. Nama adatnya “Penolak Gedung Sekolah” yang besarnya 20 real. Bila hal itu terjadi maka adatnya dibayar untuk kepentingan sekolah seperti menyediakan perlengkapan yang menunjang proses belajar seperti papan tulis, kursi, meja dll. Adat ini sangat relevan pada masanya, nilai positifnya menangkal putus sekolah, menambah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.

    Cara Menambah Wawasan

    Sebagai guru Pak Entji merasa harus menambah wawasan pengetahuan yang dimiliki. Beberapa jalan yang ditempuhnya adalah mendengar siaran radio dan berlangganan beberapa majalah.

    Majalah HIDUP sangat membantunya menambah wawasan keyakinan dan keagamaannya. Sedangkan Majalah TEMPO menambah wawasannya tentang banyak hal umum baik yang terjadi di Indonesia maupun luar negeri. Kemajuan teknologi membawa pengaruh munculnya pesawat TV. Dari TV acara yang disukainya adalah acara berita dan musik. Menurut Pak Entji musik sudah menjadi bagian dari hidupnya, lebih-lebih musik tradisional gong gamal. “Kami mempunyai seperangkat alat musik tradisional warisan kakek saya Otong. Menurut ceritanya dia mendapatkan alat itu dari Jawa ditukar dengan menjual kurat korang (jamur yang biasanya tumbuh di batang pohon), ” kata Pak Entji.

    Picture2 1

     

    Pengalaman Sebagai Kepala Sekolah

    Pertama kali mengajar Pak Entji sudah merangkap sebagai Kepala  Sekolah. Tugas ini mengandung beban moral yang  amat berat, karena maju mundurnya lembaga tergantung kepada sang pemimpin, motivator, inspirator, moderator yaitu kepala sekolah. Ia harus melebihi skil yang dimiliki oleh guru-guru lain, berwibawa supaya bisa berhasil memimpin guru dan anak-anak.

    “Mau Tau Urusan Orang”

    “Pernah suatu kali saya menegur seorang guru yang sudah sering kali tidak masuk mengajar tanpa pemberitahuan. Saya tegur dan ternyata dia tersinggung dengan menjawab saya ‘bapak ini mau tahu saja urusan orang’. Namun saya katakan saya hanya ingin tahu mengapa bapak tidak menjalankan tugas pokok, karena merugikan masyarakat, melanggar tata tertib dan kode etik seorang guru. Akhirnya bapak itu sepertinya menyadarinya dan tidak mengulang kesalahannya lagi”.

    “Pemimpin Diktator”

    “Kejadian berikutnya saat gedung sekolah direhab, sebanyak tiga lokal tidak dapat dipakai. Sementara proses belajar harus tetap berjalan. Karena itu saya mengusulkan agar proses belajar dilaksanakan di Kapel Singi Rubang yang sangat dekat dengan sekolah. Sementara ada kawan guru yang mengusulkan tutup saja sekolah untuk sementara. Karena perbedaan pendapat tersebut saya dikatakan pemimpin diktator”.

    Pensiun Setelah 36,5 Berkarya

    Pak Entji mengabdi pada Yayasan Usaba selama sepuluh tahun dari 1 Januari 1968 hingga 30 September 1978. Sejak 1 Oktober 1978 ia diangkat  menjadi PNS. Pak Entji mengajar di SDS Usaba Banjur Karab (sekarang SDN 03 Simpang Dua) selama 31 tahun dari tahun 1968 hingga 1999. September 1999 Pak Entji mutasi ke SDN 01 Simpang Dua sampai pensiun 25 Juni 2005. Di situ dia bertugas selama 5 ½ tahun. Keseluruhan masa tugasnya sebagai guru berjumlah 36 ½ tahun.***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita