| Penulis: Afri ST. Padan
Peradaban dunia dibangun mulai dari sistem tiga zaman yaitu dari zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Zaman sekarang masuk di era millennium yang mencakup dari tahun 2001 hingga tahun 3000 (abad ke-21 hingga ke-30) yang ditandai dengan maraknya penggunaan teknologi modern.
Era millennium didominasi oleh teknologi informasi 4.0 dan 5.0. Hasilnya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah sebuah sistem, tatanan dan landscape yang ada berubah ke cara-cara baru.
Namun itu tidak menjadikan manusia melupakan esensi kebutuhan dasarnya untuk makan. Makan adalah aktifitas manusia menguyah dan menelan zat berupa benda yang dapat mengandung nutrisi berupa karbohidrat, lemak dan protein yang diolah oleh tubuh melewati proses pembentukan menjadi energi yang berbeda-beda.
Dari antara ketiganya karbohidratlah yang menjadi sumber energi utama sekaligus sebagai makanan utama bagi otak. Otak manusia adalah sebuah sistem syaraf yang mengendalikan fungsi tubuh manusia mulai dari otot-otot pergerakan, perasaan sensasi dan pikiran.
Bisa dibayangkan jika fungsi tubuh manusia ini tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya. Sehingga fungsi manusia yang menjalankan kehidupan bersama alamnya untuk ikut mengatur kondisi dunia dapat terhambat. Apalagi dunia sekarang yang serba terkonektiftaskan satu dengan lainnya ini melalui sistem jaringan teknologi yang canggih. Malahan manusia bisa gagal dijalankan fungsinya karena terhambatnya salah satu kebutuhan dasarnya, tidak makan.
Makanan di dunia sangat bermacam-macam dari segi jenis varian, bentuk dan cita rasanya. Dan kemunculannya didasari oleh sejarah, budaya dan tempat yang mempengaruhinya. Sehingga untuk setiap manusia dalam kelompok tertentu atau suku bangsa lainnya memiliki ciri khas makanan yang menjadi pembeda antara makanan satu dengan lainnya.
Banyak cara manusia untuk mendapatkan dan mengolah makanannya selama ini. Pada zaman prasejarah dimana manusia baru mengenal penggunaan api untuk kehidupannya, makanan yang didapatkan umumnya dibakar atau dipanggang. Kemudian setelah pengetahuan manusia semakin berkembang maka manusia sudah mampu mengembangkan teknik menyimpan, mengolah dan memasak dengan menggunakan bahan-bahan dari garam, minyak, rempah-rempah.
Sementara peralatan penyimpanan, pengolahan dan memasak makanan yang terus berkembang sampai saat ini. Berikut disajikan beberapa Negara yang berasal dari Eropa dan Asia yang memiliki makanan tradisional. Karena budaya yang masih dipertahankan oleh warga negaranya.
Fokus tentang makanan tradisional ini lebih kepada makanan yang dianggap unik atau ekstrim bagi sebagian orang. Akan tetapi memiliki ciri khas tersendiri karena tidak biasanya ada di tempat lain. Ini justru dapat dijadikan ikonis kearifan lokal yang dilestarikan. Selain itu, memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika sudah dikemas dengan baik.
Beberapa makanan ekstrim namun penuh kearifan lokal, yakni Surstomming (swedia) Casu Marzu (italia), Kimchi (Korea Selatan), Hakarl (Islandia), dan Telu (Dayak- Indonesia). Kelima makanan yang memiliki keunikan dalam pengolahan dan penyajiannya.
Sumber Gambar: https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700×465/photo/grid/original/145090_leisure.jpg
***
Bionarasi
Dr. Afri ST Padan, lahir di Desa Tanjung Lapang Kabupaten Malinau pada 3 April 1974.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
Menulis dan menerbitkan buku: Sawah Sebagai Kearifan Lokal Manusia Dayak di Desa Pulau Sapi, Kaltara (2021)