| Penulis: R. Masri Sareb Putra
Untung ada prasasti Yupa. Jika tidak. Selamanya kita tak pernah mafum. Bahwa Borneo pernah berjaya sejak pengujung abad ke-4 Masehi, atau pertengahan alaf pertama.
Yupa secara harfiah berati: tiang batu. Sesungguhnya, prasasti Yupa bukan cuma satu. Total jumlahnya ada 7 buah.
Seluruh tujuh prasasti Yupa ditemukan di Kecamatan Muara Kaman. Tidak ditemukan pada waktu bersamaan. Lebih dahulu ditemukan 4 buah prasasti pada tahun 1879. Sedangkan 3 lainnya ditemukan pada tahun 1940-an.
Ditulis dalam aksara pallawa. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah Sansekerta. Dari telaah paleografis yang dilakukan oleh Kern (1917), diketahui. Bahwa aksara yang digunakan untuk menulis prasasti Yupa ini mempunyai kesamaan dengan tipologis aksara Wenggi di Kalingga dan aksara Cera di Merkara. Keduanya adalah wilayah yang terletak di India Selatan.
Nah, dari sinilah penetapan tarikh relatifnya prasasti Yupa itu. Yang ditengarai pada abad IV Masehi.
Untung ada prasasti Yupa. Prasasti Yupa I bertuliskan demikian:
srimatah sri-narendrasya; kundungasya
mahatmanah; putro svavarmmo vikhyatah;
vansakartta yathansuman; tasya putra
mahatmanah; trayas traya ivagnayah; tesan
trayanam pravarah; tapo-bala-damanvitah;
sri mulavarmma rajendro; yastva
bahusuvarnnakam; tasya yajnasya yupo
‘yam; dvijendrais samprakalpitah.
Terjemahan:
Sang Maharaja Kundungga, yang amat
mulia, mempunyai putra yang mashur,
Sang Aswawarman namanya, yang
seperti Angsuman (dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat
mulia. Sang Aswawarmman mempunyai
putra tiga, seperti api (yang suci). Yang
terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang
Mulawarmman, raja yang berperadaban
baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarmman
telah mengadakan kenduri (selamatan yang
dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk
peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu
batu ini didirikan oleh para brahmana.
Seakan menggenapi kata-kata Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), pakar sejarah. “Historia: vero testis temporum” sejarah adalah saksi zaman.
Batu Yupa saksi sejarah. Bukti bahwa Borneo luar biasa.
Dari Yupa diketahui bahwa Borneo memang pusat peradaban tertua Nusantara. Maka tak keliru. Jika pusat peradaban terpulang ke titik nadirnya kembali.
Borneo Great Again, ataukah The Great Borneo.Dibolak balik, sama saja.Berjaya bukan hanya di laut. Melainkan menguasai semuanya: udara, tanah, air, dan segenap isi perut pulau terbesar ketiga dunia itu.
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.