Siding Bengkayang, detikborneo.com -Kekayaan budaya Nusantara sungguh banyak dan beragam diantaranya suku Dayak yang ada di pulau Kalimantan dan menurut Tokoh Dayak asal Kalimantan Tengah dari Sub suku Dayak Ngajuk menurut bukunya ada 405 sub suku Dayak di Kalimantan.
Dari sub suku ini masih banyak yang belum tercatat karena luasnya alam pulau Kalimantan dan banyak yang masih ditinggal dipedalaman bahkan sampai dipesisir perbatasan Serawak dan Sabah negara Jiran Malaysia.
Dari kekayaan suku Dayak ini banyak yang masih belum ada literatur dan tulisan akan keberadaan sub suku Dayak di Kalimantan Barat diantaranya Dayak Bidayuh Tamong.
Dayak Bidayuh Tamong adalah bagian dari Rumpun Bidayuh yang populasinya banyak di Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau sedangkan Di Malaysia ada di Serikin dan sekitarnya.
Meskipun dari bentuk rumah adat dan pakaian adat Dari pengelompokan Rumpun Bidayuh ini ada beberapa bahasa yang sangat jauh perbedaannya diantaranya:
Daftar Bahasa Rumpun Dayak Bidayuh Kabupaten Bengkayang:
- Dayak Bidayuh Tamong
- Dayak Bidayuh Tawang
- Dayak Bidayuh Bengkawan
- Dayak Bidayuh Tadan
- Dayak Bidayuh Sebujit
- Dayak bidayuh Siding (botok)
Rumpun Dayak Bidayuh di Kabupaten Sanggau:
- Dayak Bidayuh Punten
- Dayak Kerambai
- Dayak Paus
- Dayak Muara
- Dayak Sisang
6.Dayak Pandu
Rumpun Dayak Bidayuh di Malaysia:
- Bidayuh Jagoi
- Bidayuh Serian
- Bidayuh Gumbang
- Bidayuh Trengos
- Bidayuh Selakau
Dari banyaknya bahasa Rumpun Dayak Bidayuh ini, Dayak Bidayuh Tamong yang bahasanya jauh berbeda dengan bahasa lain dan masih murni tidak ada padanan kata yang sama dalam bahasa Indonesia.
Populasi Dayak Bidayuh Tamong ada didua kecamatan dan terdiri dari beberapa desa diperkirakan kurang lebih 2000an jiwa dan jika tidak cepat diselamatkan bahasa Dayak Bidayuh Tamong ini akan tergerus oleh kelompok suku yang populasinya banyak sehingga bisa hilang dan punah, ucap Joesanto Batoesy warga Dayak Tamong yang saat ini ikut bekerja di Ibukota Jakarta.
Joesanto memberikan beberapa contoh Kata dan kalimat Bahasa Indonesia ke Dayak Bidayuh Tamong:
- Siapa namamu: Si gine mu
- Tinggal dimana: Takei engki
- Sudah menikah belum: Mekok nikeh ambeh?
- Apa pekerjaannya: Ni nyekkaje?
- Sudah makankah: Mekok mee yeha
- Silahkan minum: Piit noog meh
- Asal kampung mana: Sok kopok ki?
- Saya mau tidur: Ku a’nek be’eh
- Capek sekali hari ini: Kuhuk tek ano id’a.
Berikut tradisi adat budaya Dayak Tamong yang masih dilakukan dikampung halamannya:
- TENG (Betenteng) adalah ritual berobat, dimana dukun kononnya mencari semangat (roh orang yang sakit) yang keluar dan terpisah dari tubuh manusianya, Dukun menghadap YEEG, dengan pertolongan dan perantaraan Kameg (kamang).
- BALEI adalah Ritual tingkat tinggi dari TENG, dimana Dukun menggunakan banyak persyaratan Ritual, jika TENG yang di korbankan hanya satu ekor ayam dan seperangkat sesajen lainnya Maka BALEI mengorbankan ayam,Babi,dan anjing untuk mencari roh orang yang sakit yang sudah lama sakit namun tidak kunjung sembuh,
- NYABEG (nyobeng), adalah Ritual, yang di gunakan untuk nutup tahun dan dilakukan secara masal dalam 1 masyarakat dan biasanya di lakukan pada bulan mei setiap tahunnya biasanya di laksanakan bersamaan dengan gawai, didalam ritual NYABEG,tidak boleh di sebut sembarangan, atau di buat bahan candaan, karna dalam ritual Nyabeg, bukan saja hewan sebagai seserahan atau sesajen namun juga kepala manusia atau tengkorak musuh terdahulu. Tujuan semula nyabeg adalah untuk melindungi kampung atau desa dari segala macam bahaya dan roh perusak.
- MBONG (Basansam)
Ritual tutup kampung yang bertujuan untuk mengusir setan, dan membersihkan segala macam penyakit dalam kampung, Mbong (membentengi kampung) dengan melibatkan roh KAMEG dan roh leluhur,
Dalam ritual ini orang dari luar tidak boleh masuk kampung selama 1×24 jam dan dari dalam kampung tidak boleh keluar kampung.
Sedangkan Rumah Adat Dayak Bidayuh Tamong disebut Balik Sabeg dan rumah adat ini hampir mirip juga dengan Dayak Bidayuh lain yang ada di Malaysia, tutup Joesanto.
Dari Adat Budaya dan contoh percakapan diatas jauh sekali dengan bahasa Indonesia, ini merupakan kekayaan budaya Dayak yang jika tidak didiskripsikan dalam tulisan atau buku maka jangan berharap banyak akan lestari, tanggung jawab siapa ini? Jawabnya kita semua yang masih mau peduli dan bangga akan warisan budaya leluhur suku bangsa Dayak, kata Lawadi Nusah.
Lawadi Nusah adalah Sekum Dewan Adat Dayak DKI Jakarta yang sudah hampir 5 tahun saat ini banyak terlibat dalam kegiatan kebudayaan Dayak dan terlibat juga dalam penyelamatan bahasa suku dengan menerjemahkannya ke dalam teks Alkitab, karena hampir semua orang Dayak beragama Kristen dengan harapan memudahkan untuk memahami isi firman Tuhan dalam bahasa Ibu atau bahasa lokal setempat, himbaunya.
Dalam kesempatan ini sangat berharap semua kalangan dan masyarakat mau ikut terlibat bersama serta saling mendukung agar bahasa suku kita dan adat budayanya tidak punah tapi mohon maaf ada sebagian yang masih kurang peka karena alasan organisasi serta lembaga malah ikut andil menghambat, ucapnya. (Bajare007).