26 C
Singkawang
More
    BerandaBudayaRitual Pemberian Nama ala Dayak Kanayatn

    Ritual Pemberian Nama ala Dayak Kanayatn

    detikboreneo.com – Minggu, 04 Juli 2021, 16.04 WIB

    | Penulis: Paran Sakiu

    Bagi Dayak Kanayatn nama tidak sekedar membedakan satu terhadap yang lain.

    Nama berdasarkan definisi dari Wikipedia adalah sebutan atau label yang diberikan kepada benda, manusia, tempat, produk bahkan gagasan atau konsep, yang biasa digunakan untuk membedakan satu sama lain. Pemberian nama apapun di dunia ini sudah ada sejak manusia pertama hadir di dunia ini. Semua nama apapun pasti sama sebelum ada kisah menara babel. 

    Setelah itu terjadi perubahan yang spektakuler. Objeknya sama namun penamaannya berbeda-beda sesuai bahasa setempat yang digunakan. Ada yang mirip penyebutan, ada yang benar-benar sama. Contoh rambut dalam bahasa Indonesia. Oleh orang Dayak Kanayatn dan Sunda dinamakan buuk. Licin dalam bahasa Indonesia oleh orang Dayak Kanayatn dan Sunda adalah leer.

    Penamaan yang hendak dibahas dalam bagian ini adalah penamaan nama seseorang. Terutama penamaan nama bagi seorang anak yang baru dilahirkan di dunia ini. Bagi Dayak Kanayatn nama tidak sekedar membedakan satu terhadap yang lain. Ada yang jauh lebih penting dari itu.

    Pemberian nama dapat diberikan oleh kedua orang tua kandungnya. Dapat pula diberikan oleh paman, tantenya, orang yang terdekat dengan keluarga yang baru melahirkan. Namun tidak langsung disodorkan begitu saja. Ada ritual yang dilakukan. Ritual pemberian nama ini disebut Batalah.

    Ritual Batalah terkadang dilakukan pada hari ketiga setelah anak tersebut dilahirkan. Ada juga yang melakukannya pada hari ke tujuh. Bahkan di beberapa daerah dilakukan pada hari kedua puluh satu. Pada hari kedua puluh satu ini lebih banyak dipilih oleh orang. Alasannya karena seorang Ibu yang melahirkan sudah dinyatakan pulih dan dapat keluar dari kamarnya.

    Ritual Batalah alias pemberian nama bagi seorang anak yang baru dilahirkan harus dengan dua ekor ayam jantan dan satu ekor ayam betina. Ayam sebagai alat peraga benar-benar memenuhi syarat. Syaratnya ayamnya sehat, besar. Untuk ayam betina yang belum bertelur.

    Setelah alat peraga tersedia. Kedua orang tua dihadirkan dengan anak yang digendong menghadap alat peraga. Lalu di sana petugas Nyanghatn (pendoa) bersiap-siap mengadakan doa. Sebelum di Sangahatn (didoakan) diadakan pertenungan.

    Image In7

    Dalam pertenungan nama tidak boleh satu yang disodorkan tetapi beberapa nama. Tujuannya jika nama yang ditenung tidak memungkinkan, maka masih ada nama lain yang menjadi pilihan. Syukur-syukur nama pertama langsung lolos. Dalam bertenung biasanya pinang dibelah dua.

    Jika salah satu belahan tidak tertelungkup maka nama itu harus diganti. Jika dua–duanya tertelungkup ke bawah saat dilemparkan, maka nama tersebut cocok bagi anak yang baru dilahirkan. Barulah disangahatn (didoakan) Cara bertenung ini sudah banyak yang dihilangkan. Artinya tidak lagi dilakukan.

    Tujuan pemberian nama bagi seorang anak yang baru dilahirkan di kalangan Suku Dayak Kanayatn begitu penting. Pemberian nama itu ibaratnya melekatkan nama kepada pribadi yang bersangkutan. Berharap berumur panjang. Diberkati dalam kehidupan. Apa yang dikerjakannya berhasil.

    Apa yang dicarinya di dapat dengan mudah. Apabila menjalani kehidupan ia berjalan lurus. Hatinya bersih. Dengan demikian anak yang baru dinamai dalam ritual Batalah akhirnya memiliki nama baik dalam masyarakat. Bukankan ini sesuai dengan kata nabi” nama baik lebih berharga dari kekayaan besar?”

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita