Tanjung Selor, detikborneo.com – Desa Kelubir Kecamatan Tanjung Palas Utara Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara termasuk kategori Desa Mandiri dan bisa dianggap juga Desa Modern.
Meskipun kondisi jalan yang menuju Desa Kelubir tidak semuanya mulus bahkan ada kurang lebih 8 km dari jalan raya menuju kampung Kelubir jalannya rusak parah dan harus berhati-hati.
Jarak tempuh dari Tanjung Selor Ibu Kota Provinsi Kalimantan Utara menuju Desa Kelubir kurang lebih 65 km dengan perjalan mengunakan mobil waktu kisaran 1,5 jam.
Dulu sebenarnya nama Desa ini Keluber artinya Keluarga Besar dari Tokoh Dayak Kayan bernama: Luhat Pai Nama Tokoh Adat yang memimpin perjalanan menuju tanah perjanjian yakni Desa Kelubir, saat ini nama tokoh tersebut diabadikan menjadi Nama Rumah Adat/ Lamin Adat di Desa ini tutur Mikhael Pai.
Tahun 1983 yang dipimpin oleh Kakek Luhat Pai dan para orang tua kami rombongan meninggalkan kampung halaman mereka membawa bekal secukupnya dan kemungkinan juga saat itu bekal habis berladang dulu setelah panen baru berangkat dari kampung di Kabupaten Malinau dekat perbatasan Malaysia untuk pindah ke Kelubir supaya bisa mengenyam pendidikan dengan menempuh perjalanan berjalan kaki kurang lebih 6 (enam) bulan ketempat baru ini sekarang terkenal dengan nama Kelubir.
Saat ini puji Tuhan kehidupan warga di kampung ini satu sama lain masih keluarga semua agak lumayan membaik ekonominya sehingga jika kita berjalan setiap selang 2-3 rumah pasti sudah diparkir depan rumah bahkan ada yang sampai punya dua buah mobil, komunikasi internet fiber optic bisa WiFi dan telpon seluler dikampung ini tidak kalah dengan kehidupan dikota, ujar Mikhael Pai.
Kita mau belanja apa saja kebutuhan sehari-hari dikampung ini sudah tersedia bisa dikatakan desa mandiri. Warganya sangat jarang kita lihat yang pengangguran, karena perusahaan tambang 24 jam beraktivitas ada didekat kampung ini, serta banyak juga yang sukses menjadi PNS dan tanah disini seperti cerita di Alkitab tanah Kanan yang penuh dengan kolam susu alias sangat subur untuk bercocok tanam, hasil panen padi dan sayuran bahkan bisa dijual keluar dari Desa Kelubir, kata Mikhael Pai.
Sebenarnya Desa kami ini maju salah satunya anak-anak disini rajin sekolah bahkan banyak yang sudah berpendidikan S2- S3 menempuh pendidikan ke Samarinda dan Pulau Jawa. Mungkin juga faktor karena ada suku pendatang dan transmigrasi serta saat ini ada juga perusahaan pertambangan sehingga warga lokal mau belajar juga berusaha.
Saat pandemi gereja kita ada juga dipasang toa sebanyak 4 buah sehingga saat subuh dan hari Minggu orang yang tidak bisa datang doa bersama digereja karena ada wabah covid-19 warga jemaat bisa mengikuti via suara toa, aneh dan unik tapi ini desa Kelubir, pungkas Mikhael Pai.
Thomas sekretaris pemangku Adat Dayak Kayan di Desa Kelubir mengisahkan: Saat pesta Gawai Padi ucapan syukur atas hasil panen selalu dilakukan bulan April di Lamin Adat. Suasana pesta ditampilkan tari-tarian dan Nyayian dengan diiringi musik tradisional Sape dan tiwung/ jatung utang (alat musik terbuat dari kayu kapit mawat dan kayu temaha) nada suara lengkap dari melodi, bas hingga bunyi suara dram.
Bahwa sebenarnya Dayak Kayan itu Banyak ada yang berdomisili di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan Kalimantan Barat dan ada juga di Malaysia (Sabah dan Sarawak), ujar Thomas.
Dari Buku Karya tulis Marthin Billa dengan Judul: “Kekayaan & Kerarifan Budaya Dayak” disebutkan bahwa Dayak Kayan terbagi dari 10 sub Suku kecil diantaranya:
- Kayan Uma Pliau
- Kayan Uma Naving
- Kayan Uma Bawang
- Kayan Uma Paku
- Kayan Uma Samuka
- Kayan Uma Lesung
- Kayan Uma Daru
- Kayan Uma Juman
- Kayan Uma Leken
- Kayan Uma Puh
Di Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas Hulu ada 3 (Tiga) Sub Suku Yaitu:
- Uma’ Agung
- Uma’ Pagung
- Uma’ Suling
Tetapi hal ini menjadi perdebatan bagi tiga kelompok suku kecil yang berada di sekitar sungai Mendalam. Kelompok ini tidak setuju jika dimasukkan dalam kategori kelompok Dayak Kayan tetapi lebih suka disebut sebagai Suku Dayak Kayaan Mendalam.
Kelompok Dayak Kayaan Mendalam sendiri saat ini sudah ada yang menyelesaikan Penerjemahan Alkitab Kebahasa ibu mereka.
Bahan hasil terjemahan masih dalam proses sosialisasi untuk dikoreksi dan mohon doanya dalam waktu dekat supaya ada donatur dan sponsor yang bisa terlibat pembiayaan percetakannya sebagai bahan untuk memahami isi Alkitab dalam bahasa Ibu Dayak Kayaan Mendalam ujar Aulia Bernasari yang menjadi Leader Penerjemah Alkitab saat Pelatihan di Kota Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat pada Tahun 2018 bersama kurang lebih 14 Kelompok Bahasa Suku Dayak yang di Gagas oleh Lawadi Nusah dari FDKJ bekerja sama dengan Bild Internasional dan Wycliffe Assosiate.
Lebih lanjut dalam kunjungannya ke Kalimantan Utara guna menghadiri Pelantikan Pengurus ICDN DPD Kaltara sangat tertarik untuk suku Bangsa Dayak menyelamatkan bahasa Dayak supaya tidak musnah dalam aneka ragam suku disana Lawadi Nusah Sekum Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) saat ini bekerja sama dengan Yayasan Bahtraku kantor di Manado untuk menginventarisir kelompok bahasa dan akan mengusulkan dan menawarkan serta menyuarakan kepada masyarakat adat dan kemitraan gereja lokal tiap kelompok suku untuk terlibat aktif bersama-sama menyelamatkan bahasa Dayak tidak punah akibat arus perkembangan kemajuan zaman dan teknologi. (Bajare007).