28.5 C
Singkawang
More
    BerandaUncategorizedSang Pawang Hujan

    Sang Pawang Hujan

    | Penulis: Hertanto

    Booomm…

    Nama Raden Rara Istiati Wulandari atau yang akrab disapa Mbak Rara tiba-tiba booming. Bukan hanya di Indonesia, namun hingga ke manca negara.

    Siapa sangka, wanita kelahiran Papua, 22 Oktober 1983 kini menjadi viral setelah aksi meredakan hujannya di Sirkuit Mandalika pada pagelaran MotoGP Indonesia sukses dan menjadi sorotan dunia. Dari beberapa info ternyata Mbak Rara tidak hanya ditugaskan untuk meredakan hujan, namun ia diminta panitia penyelenggara untuk menurunkan hujan ringan.

    Wanita yang kini tinggal di Denpasar, Bali ternyata bukan hanya berprofesi sebagai pawang hujan. Dilansir dari Podcast Deddy Corbuzier, disamping sebagai pawang hujan, Mbak Rara juga berprofesi sebagai Ahli Tarot dan Paranormal.

    Dari ketiga jenis pekerjaannya, jasa pawang hujanlah yang laris manis. Pada saat upacara pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang pun, Mbak Rara menjadi salah satu orang yang turut mensukseskan acara tersebut. Tidak hanya itu. Ia pun terlibat saat kampanye Presiden Jokowi. Tentunya sebagai pawang hujan.

    Umumnya mereka yang terkenal karena dua hal, Prestasi atau Sensasi. Lalu bagaimana dengan aksi yang dilakukan Mbak Rara? Prestasikah? Atau Sensasi?

    Aksi yang dilakukan Mbak Rara saat berlangsungnya MotoGP Indonesia, khususnya pada saat ia berjalan di bawah derasnya hujan sambil melakukan ritual meredakan hujan menjadi sorotan dunia. Aksi tersebut dipertontonkan dan menjadi pusat perhatian. Beritanya hingga kini pun masih tersiar. Ada yang memuji, tidak sedikit yang mencaci.

    Dapat kita saksikan video yang beredar di sosial media bahwa hujatan terhadap Mbak Rara ini deras sekali, dan itu dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia yang berada di arena saat MotoGP Indonesia berlangsung.

    Ketika sebagian masyarakat Indonesia menghujat, media asing justru memuji “kehebatan” Mbak Rara ini. Entah pujian itu bersifat satire atau tidak. Namun perlu disadari, tuaian pro – kontra terus mengalir.

    Banyak pihak yang berada di dalamnya, entah itu tokoh ulama, tokoh politik, pengamat politik, pawang hujan lainnya, dan teman-teman dari berbagai profesi, termasuk hamba Tuhan.

    Ada yang bilang, ini kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan. Ada pula yang tidak sepaham atas perkataan tersebut dengan segala argumentasinya. Tidak sedikit pula yang cuek bebek dengan peristiwa itu. Anda berada di posisi mana?

    Lalu bagaimana orang Kristen menyikapi hal ini?

    Dulu, ada seorang yang bernama Elia. Ia adalah seorang nabi di Kerajaan Israel Utara sekitar abad ke-9 SM. Ia hadir tatkala Kerajaan Israel Utara dipimpin oleh raja Ahab, Ahazia dan Yoram. Misi Elia jelas, bahwa ia ingin bangsa Israel dan raja Ahab menyembah TUHAN, karena saat itu bangsa Israel di bawah otoritas raja Ahab menyembah dewa Baal yang dibawa ratu Izebel, isteri Ahab ke Israel. Penyimpangan yang terjadi itu menjadi kerinduan nabi Elia untuk meluruskannya.

    Lalu berkatalah Elia kepada Ahab: “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” (1 Raja-Raja 17:1).

    Siapakah Elia ini? Apakah ia pawang hujan karena berani berkata demikian kepada raja? “Elia adalah manusia biasa, sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.” (Yakobus 5:17).

    Bukankah doa menjadi poin penting pada kisah ini? “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”

    Bukankah doa menjadi poin penting pada kisah ini? “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16b). Apakah Elia ini “orang benar”? Menjawab pertanyaan tersebut tentu kita harus mengorek data dan biografi Elia bukan?

    Apakah profesi utamanya meredakan dan menurunkan hujan? Jelas dikatakan di awal bahwa ia adalah seorang nabi. Nabi adalah jurubicara Tuhan di bumi ini. Jadi apa yang ia katakan pada Raja Ahab, tentunya atas kehendak Tuhan.

    Jelas sekali bahwa setelah itu, maka terjadilah sebagaimana yang difirmankan TUHAN melalui nabi Elia. Wilayah kerajaan Israel mulai terjadi kekeringan. Air menjadi komoditas yang vital. Nabi Elia pun turut merasakan itu.

    Di tengah hukuman Tuhan tersebut, pemeliharaan TUHAN atas nabi Elia sempurna. Mari kita lihat tempat tinggal Elia. Ia diperintahkan Tuhan berjalan ke timur dan bersembunyi di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Tidak hanya itu, ia dapat minum dari sungai itu dan burung-burung gagak diperintahkan TUHAN untuk memberi makan dia (1 Raja-Raja 17:3-4).

    Sahabat, mujizat tidak hanya berhenti sampai disitu. Peristiwa di gunung Karmel menjadi saksi sejarah dan seharusnya menumbuhkan iman kepada TUHAN melalui SANG PAWANG HUJAN. Nabi Elia menantang nabi-nabi Baal yang berjumlah empat ratus lima puluh orang banyaknya. “Biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” (1 Raja-Raja 17:24).

    Peperangan rohani pun terjadi. Nabi-nabi Baal terus memanggil-manggil allah mereka bahkan dengan ritual yang sadis. Mereka memanggil lebih keras serta menorah-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.

    Berbeda dengan Elia. Ia berdoa, “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” (1 Raja-Raja 17:36-37).

    Setelah peristiwa turunnya api dengan menyambar habis korban bakaran, maka turunlah hujan sebagaimana yang difirmankan TUHAN.

    SANG PAWANG HUJAN bekerja sesuai perintah TUHAN.

    SANG PAWANG HUJAN bekerja sesuai iman kepada TUHAN.

    SANG PAWANG HUJAN bekerja karena ia meyakini hanya sebagai alat TUHAN.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita