Sintang, Detikborneo.com – Perayaan HUT kota Sintang ke 660 pada 10 mei 2022 ini mengusung tema: BANGSA yang artinya “MEMBANGUN KEBERSAMAAN DALAM PERBEDAAN”. Perayaan meliputi tiga (acara) di 3 lokasi, yakni; Upacara Peringatan Hari Jadi, jam 08.00 WIB di halaman kantor Bupati Sintang, Ziarah dan Launching Museum Pusaka Ningrat, jam 09.30 WIB di Istana Al Mukarramah Kesultanan Sintang, dan dilanjutkan Saprahan, jam 12.00 WIB, di Pendopo rumah Jabatan Bupati Sintang, Selasa (10/5/2022).
Bupati Sintang dr. H. Jarot Winarno yang didampingi unsur Forkompimda, saat sebagai inspektur upacara pada perayaan HUT kota Sintang ke 660, di halaman kantor Bupati Sintang, yang diikuti peserta upacara yang menggunakan pakaian dan busana adat masing-masing. Upacara perayaan diawali dengan perarakan Sultan Sintang Pangeran Prabu Kesuma Negara VI Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana yang didampingi Permaisuri membawa replica Burung Garuda (replica Burung Garuda ini salah satu bukti hantaran Patih Logender ketika meminang Dara Juanti), dan juga oleh Sultan Hamid II Pontianak Replica Burung Garuda ini dijadikan idenya ketika masa Pemerintahan Presiden RI Soekarno menyelenggarakan sejenis sayembara untuk membuat Lambang Negara Garuda Pancasila masa itu.
Saat Perayaan HUT kota Sintang ke 660, Bupati Sintang dr. H. Jarot Winarno, MMed., PH, mengatakan bahwa kita harus terus merawat warisan yang diberikan figur Jubair Irawan 1 yang pernah punya cita-cita menyatukan perbedaan di Sintang melalui simbol dengan menempatkan lokasi pusat kerajaan Sintang pada pertemuan alur sungai Kapuas dan alur sungai Melawi yang saling bertentangan, tegas Bupati Sintang, lokasi itu dinamakan Senentang yang menjadi Sintang.
Jarot Winarno mengajak masyarakat Sintang untuk lebih banyak berkorban dari pada menuntut. Banyaklah berkarya daripada membuat masalah, lakukan silahturahmi yang diistilahkan beliau dengan “RANDAU GAOK”, daripada bertikai, buat konflik atau kegaduhan. Keragaman dan perbedaan bumi Sintang sejak dari dahulu sudah ada, jangan dijadikan persoalan lagi di masa ini dan akan datang.
“Karena masih dalam suasana Idul Fitri 1443/2022M dengan hati yang tulus saya mengucapkan selamat hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah bagi umat Muslim yang merayakannya, dan mohon maaf lahir dan batin untuk kita semua,” ungkap Jarot Winarno.
Perayaan HUT Sintang kali diikuti serangkaian acara, yakni: pemotongan tumpeng oleh Bupati Sintang yang diserahkan kepada Sultan Sintang, penyerahan piagam penghargaan dari Kemendagri kepada Bupati Sintang yang disampaikan Kepala Badan Kesbangpol Kab. Sintang, Kusnidar, S.Sos., M.M., penghargaan ini sebagai bukti Sintang sudah membentuk Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kab. Sintang.
Kegiatan perayaan dilanjutkan ziarah dengan menaburkan bunga di makam Jubair Irawan 1 yang berlokasi di Kelurahan Kapuas Kiri Hilir Kecamatan Sintang, dan terkait makam Jubair Irawan 1 ini, diusulkan oleh H. Ade Kartawijaya selaku ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) kabupaten Sintang supaya Pemda Kab. Sintang membuat sebuah prasasti yang bertuliskan “Di sini dimakamkan Pendiri kota Sintang, hari jadi kota Sintang, 10 Mei 1362 Masehi, dan juga bisa dibuat lambang makam Hindu, karena masa itu Jubair Irawan pemeluk agama Hindu.
Kemudian kegiatan perayaan dilanjutkan dengan penanda tanganan prasasti penggunaan operasional Museum Pusaka Ningrat Istana Al-Mukarramah Kesultanan Sintang. Adanya Museum ini merupakan CSR dari PT Pertamina, dalam keterangannya Gusti Sumarman, SH., selaku kerabat Keraton Sintang mengutarakan pembangunan museum ini selama 6 bulan dan koleksinya seperti Lambang Burung Garuda, barang-barang hantaran pinangan Patih Logender kepada Dara Juanti, ada Gong, ada 6 pucuk meriam, mata uang, koleksi-koleksi foto.
Sebagai acara puncak dari kegiatan perayaan HUT kota Sintang ke 660 ini, makan bersama yang disebut dengan istilah “SAPRAHAN”, yang dihadiri unsur Forkompimda kabupaten Sintang, Sekda Sintang, Wakil ketua DPRD Sintang, pimpinan OPD Kab. Sintang, ketua Tim Pengegerak PKK Kab. Sintang, Tokoh Adat, Tokoh perwakilan lintas etnis.
Menurut keterangan Sekda Kab. Sintang selaku ketua panitia, Dra. Yosepha Asnah, M.Si., mengatakan perayaan HUT kota Sintang ke 660 ini, panitia juga menyelenggarakan seminar di Rumah Adat Melayu Tepak Sireh di Jl. Y.C, Oevang Oeray, Sintang, serta kegiatan diskusi-diskusi di Rumah Betang Dayak “Tampun Juah” yang berlokasi di Desa Jerora 1, jalan Kelam Sintang.
Acara HUT Kota Sintang, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 11 Tahun 2015 tentang Hari Jadi Kota Sintang, menyebutkan, bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan, membangun kebanggaan daerah dan mendorong semangat memiliki serta memajukan daerah, perlu mengetahui Hari Jadi Kota Sintang.
Keberadaan Kota Sintang merupakan sebuah proses sejarah yang panjang dari adanya wilayah dan pemerintahan yang memilki struktur dan sistem sesuai perkembangan pada zamannya, perlu adanya suatu payung hukum untuk menetapkan momentum perpindahan pusat Pemerintahan dari Kerajaan Sepauk ke Sintang yang jatuh pada tanggal 10 Mei 1362; dan untuk memberikan pedoman dan acuan bagi masyarakat Kota Sintang pada saat ini dan seterusnya, maka perlu ditetapkan Hari Jadi yang merupakan bagian dari perjalanan sejarah Kota Sintang.
Dengan penetapan hari kota Sintang ini, telah memberikan kejelasan dan kepastian hukum bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Kota Sintang mengenai mulai berdirinya Kota Sintang yang bertujuan memberikan rasa memiliki warga kota terhadap kotanya sekaligus dapat lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengisi pembangunan, menyebarluaskan dan mendorong keikutsertaan seluruh masyarakat kota Sintang dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan segala aspek.
Dalam Peringatan hari jadi kota Sintang, Pemerintah Daerah berkewajiban mengikutsertakan potensi masyarakat melalui koordinasi instansi terkait, dan pembiayaan atas penyelenggaraan Peringatan Hari Jadi Kota Sintang dapat menjadi beban APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten Sintang, dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat. (laporan Victor Emanuel, Tembawai Kelohak Jerora 2, Sintang).