23.3 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaKepala Adat Paser Sesalkan Kunjungan Presiden Jokowi ke IKN Tidak ada Prosesi...

    Kepala Adat Paser Sesalkan Kunjungan Presiden Jokowi ke IKN Tidak ada Prosesi Adat Setempat

    Balikpapan – Kepala Adat Besar Dayak Paser Kalimantan Ahmad Ariadi Sedih atas Kunjungan Pertama Presiden Joko Widodo di IKN tidak ada satupun kebudayaan Dayak, sudah menjadi tradisi dan selayaknya setiap kegiatan kehadiran Presiden maupun para menteri dan tokoh besar lainnya selalu ada tradisi kebudayaan di masyarakat Indonesia dimanapun diselenggarakan prosesi penyambutan tamu secara adat istiadat yang berlaku didaerah setempat.

    Falsafah “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” sepertinya tidak terlihat saat kunjungan pertama hari Selasa 17 Desember 2019 Presiden Joko Widodo, ini sangat menyedihkan bagi kami Masyarakat Adat Dayak Paser tutur Ahmad Ariadi.

    Ini bukti nyata tidak adanya kepedulian oleh panitia dan orang yang hadir saat pertemuan. Jelas yang hadir saat itu tidak mewakili Dayak Paser Balik.

    Ini adalah catatan sejarah bagi kami sebagai penduduk asli Dayak Paser Balik yang tinggal dilokasi IKN, kedepan apakah masih ada lagi kearifan lokal disini atau hilang? Hanya Presiden Joko Widodo yang tahu Beliau sebagai inisiator pemindahan Ibukota, mungkin saja kami menjadi korban kedua sama seperti saudara kita warga Betawi di Jakarta.

    Raida Ketua Forum Masyarakat Dayak Paser Balik juga menyesalkan atas kehadiran Pertama Bapak Presiden Joko Widodo di lokasi IKN kenapa tidak pernah dilibatkan sebagai Penduduk asli. “Padahal dari aparatur kecamatan Sepaku tahu akan keberadaan kami, apakah kami hanya dijadikan objek atau penonton saja, ungkapnya. Kami memohon kepada Pak Jokowi tidak membiasakan hal-hal semacam ini.

    Tradisi kebudayaan jika kita akan menyambut tamu besar biasanya diadakan ritaul adat “tipong tawar toli lenga”, membuka lahan luas mau berladang adat Paser disebut “Ritual Sengiang atau sabiseba dengan penunggu penuwon” sedangkan membangun rumah atau istana juga diadakan ritual kedua-duanya yakni ritual tradisi “tipong tawar toli lenga dan Sangiang atau Sabiseba” untuk memohon kepada sang pencipta rencana baik ini dikabulkan, tapi yang jadi kenyataan jauh sekali.

    Seminar di Bappenas yang lalu sudah bagus usulan para Tokoh Dayak yang hadir disana untuk memelihara dan tidak meninggalkan kearifan lokal Dayak Paser Balik sebagai Penduduk asli disana.

    Dengan kesedihan ini bukan berarti kami menghalangi pemindahan Ibukota tapi tolong hormati adat istiadat kami.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita