| Penulis: Maria Amanda
Novel diangkat ke layar lebar, atau menjadi sinetron (sinema elektronik), bukan hal baru. Hal itu berlangsung sudah sejak tahun 1980-an.
Bagi yang panjang ingatan, atau yang suka membaca, pasti ingat novel-novel Indonesia yang difilmkan tahun 1980-an. Paling banyak novel Mira W. Atau karya Ashadi Siregar, Cintaku di Kampus Biru.
Namun, banyak orang kurang paham perbedaan novel dan film. Keduanya berbeda ditilik dari segi media penyampaian. Yang satu media kertas, imaginatif, tidak bergerak, dan merupakan bacaan. Yang kedua audiovisual. Pengalihan bentuk cetak ke layar itu disebut: ekranisasi. Dari kata Prancis “ecran” yang berarti: layar.
Ternyata, novel diangkat ke film bukan hanya melalui layar lebar. Ketika televisi memasuki alat kedua dan tumbuh sebagai media paling banyak digemari keluarga, cerita dari novel banyak dialihkan ke drama atau film televisi. Adalah Arwendo Atmowiloto yang pertama memperkenalkan istilah “sinetron”, akronim dari “sinema elektronik”. Istilah yang saat ini digunakan banyak orang tanpa bertanya lagi bahwa itu merupakan kependekan.
Di zaman digital, agaknya orang tidak begitu mempermasalahkan apakah novel ke film dalam bentuk layar lebar ataukah sinema yang ditayangkan televisi. Jika layar lebar biasanya sekali putar dan selesai dalam durasi 1 – 2,5 jam, maka tayangan sinetron berseri. Jika laku, maka akan diulur-ulur.
Kini, era roman teenlit yang diangkat menjadi film. Berikut ini beberapa contoh.
Refrain ialah film drama yang diangkat dari novel karya Winna Efendi. Dirilis pada 20 Juni 2013 dan disutradarai Fajar Nugros. Film ini dibintangi oleh Afgansyah Reza dan Maudy Ayunda. Skenario film dikerjakan Haqi Achmad .
Winter In Tokyo salah satu novel best seller di Indonesia. Ceritanya romantis. Tentang suasana kota Tokyo musim dingin.Tentang Ishida Keiko dan tetangga barunya Nishimura Kazuto. Kedekatan mereka terganggu ketika Keiko memilih cinta pertamanya Kitano Akira. Ketika suatu kejadian membuat Kazuto kehilangan ingatan, Keiko baru menyadari bahwa dia sebenarnya mencintai Kazuto.
Sementara itu, Raksasa dari Jogja ialah nNovel karya Dwitasari ini diproduksi oleh Starvision Plus dan disutradai oleh Monty Tiwa.
London: Angel novel karya Windry Ramadhina ini. Becerita tentang Gilang yang selama sembilan tahun diam-diam menyukai sahabatnya, Ning, yang sekarang tinggal di London. Karena ditantang teman-temannya, Gilang memberanikan diri untuk pergi ke London demi mengungkapkan perasaannya. Di sana, dia malah bertemu Ayu, yang dijulukinya sebagai Goldilock. Proses ekranisasi sedang digarap saat ini.
Antologi Rasa ialah kisah persahabatan Keara, Harris, Ruly, dan Denise yang unik. Rumah produksi Soraya Intercine Film sudah mengeluarkan teaser poster dari film ini. Jadi enggak sabar menunggu kehadiran filmnya.
Sabtu bersama Bapak novel bertema keluarga karya Aditya Mulya. Berkisah tentang seorang ibu, Itje, yang membesarkan anaknya Satya dan Cakra seorang diri setelah suaminya meninggal. Sang ayah menyiapkan rekaman suara untuk mereka sebelum meninggal. Rekaman ini diputar tiap Sabtu. Jadi panduan Itje dan anak-anaknya dalam menjalani kehidupan mereka. Menjadi inspirasi keluarga hingga anak-anak dewasa.
Surat untuk Ruth karya Bernard Batubara berkisah tentang Are yang bertemu dengan Ruth di sebuah kapal feri yang tengah berlayar menuju Bali. Skenarionya digarap Ve Handojo, sedianya film ini diproduksi Screenplay Productions.
Bagi yang paham bahwa novel dan film berbeda media, meski isi sama, tidak akan pernah kecewa. Sebab terjadi perubahan dari karya individu (pengarang) dalam bentuk novel ke karya bersama (tim) yakni kru, pemain, dan segenap pendukung film.
Membaca dan menonton memang berbeda!