26.3 C
Singkawang
More
    BerandaFeaturesE-book atau Buku Analog?

    E-book atau Buku Analog?

    | Penulis : Leonardus Rio

    Buku elektronik (e-book) menurut Oxford English Dictionary ialah “an electronic adaptation of a published book which can be read on a PC or handheld device configured specifically for this function”.

    Biasanya, e-book dibaca lewat media perangkat keras seperti komputer pribadi (PC), notebook/laptop, dan beberapa telepon seluler (handphone) juga dapat digunakan untuk membaca e-book.

    Pertama e-book diperkenalkan oleh Michael S. Hart pada 1971 dari Proyek Gutenberg. Bentuk e-book pada awalnya iadalah prototipe desktop komputer notebook sebagaimana diperkenalkan Dynabook pada 1970-an di PARC yang menjadi cikal bakal komputer pribadi sebagaimana dikonsepkan Paul Drucker.

    E-book awalnya dimaksudkan untuk daerah khusus, dengan khalayak yang terbatas dan dibaca hanya oleh kelompok kecil dan setia. Ruang lingkup e-book termasuk pedoman teknis untuk hardware, teknik manufaktur, dan mata pelajaran pada umumnya.

    Seiring perkembangan teknologi komunikasi, pada 1990-an, ketersediaan internet membuat orang gampang mentransfer file elektronik, termasuk e-book menandai datangnya era digital yang oleh Roger Fidler disebut sebagai “age of digital communication” (Fiedler, 1997: 219).

    Seiring dengan itu, berbagai format e-book muncul dan berkembang biak, didukung beberapa perusahaan software besar, seperti Adobe dengan format PDF, selain didukung programmer independen dan open source.

    Banyak orang dapat mengikuti perubahan format buku secara adaptif. Namun, tidak sedikit yang mengkhususkan diri pada satu format, sehingga mendorong fragmenting pasar e-book makin meningkat. Karena eksklusif dan terbatas penggunanya maka penulis dan pemasar e-book tidak memiliki konsensus mengenai standar kemasan, berikut bagaimana harus memasarkan e-book.

    Kendati demikian, e-book terus berkembang dan bahkan membentuk pasar di kalangan penggunanya sendiri. Banyak penerbit e-book menerbitkan buku yang semula segmentasinya terbatas, perlahan-lahan masuk ranah publik. Pada saat yang sama, penulis yang naskahnya ditampik penerbit menawarkan karyanya secara online sehingga dapat diketahui oleh orang lain.

    Secara tidak resmi (dan kadang-kadang tidak disensor) katalog buku disediakan melalui web, dan situs-situs yang ditujukan untuk marketing e-book mulai menyebarkan informasi tentang e-book untuk konsumsi umum.

    Pada 2009, model pemasaran baru e-book berbasis hardware mulai dikembangkan. Namun, tetap saja e-book belum mencapai distribusi global seperti halnya p-book yang merasuk hingga ke desa-desa terpencil sekalipun. Omset penjualannya bisa menembus jutaan eksemplar.

    Untuk mendukung promosi dan penjualan e-book, di Amerika Serikat, pada September 2009, Amazon dan Sony PRS-500 mengembangkan perangkat e-reading. Sementara itu, Barnes & Noble, Inc., retailer buku terbesar di AS, terus mengembangkan e-book dan coba membangun jaringan pemasaran di dunia maya. Tidak ingin kalah dalam persaingan, Apple Inc. perangkat multifungsi yang disebut iPad dan mengumumkan perjanjian dengan lima dari enam penerbit terbesar yang memungkinkan Apple mendistribusikan e-book.

    Namun, banyak penerbit dan penulis belum sepenuhnya didukung konsep penerbitan elektronik, baik dalam promosi, penjualan, administrasi pelanggan dan administrasi keuangan (Viney, 2005).  

    Pada Juli 2010, Amazon.com melaporkan penjualan e-books untuk perusahaan Kindle kalah jumlah penjualan buku hardcover untuk pertama kalinya pada kuartal kedua 2010. Dilaporkan bahwa mereka berhasil menjual 140 e-book untuk setiap 100 buku hardcover, termasuk hardcover untuk yang tidak ada edisi digitalnya. Pada bulan Juli, jumlah ini meningkat menjadi 180 per 100 e-books.

    Sementara itu, data American Association menunjukkan bahwa penerbitan e-book baru sekitar 8,5% dari penjualan buku di Amerika pada pertengahan 2010. Dengan demikian, di Amerika yang nota bene negara maju yang masyarakatnya melek teknologi (media) dan sudah lama berkomunikasi dan bertransaksi secara digital, keberadaan p-book masih sangat dominan.

    Sebagaimana halnya setiap media yang mengandung keunggulan dan kekurangan, e-book juga demikian.

    Keunggulan e-book, antara lain: 1) mengklik (membukanya) lebih mudah dibandingkan p-book, 2) pembaca dapat sesuka hati menyesuaikan format  (memperbesar ukuran font dan style, mengubah orientasi pada perangkat, memodifikasi kontras layar), 3) apa yang diinginkan dapat dengan mudah dicari (misalnya, istilah khusus, definisi, bab), sering dengan hanya mengklik pada kata kunci dalam teks, 4) potensi untuk menambahkan multimedia (grafis, audio, video) dan hyperlink ke informasi lain, termasuk bahan referensi, 5) pembaca mudah mendapatkan judul hampir seketika melalui internet, termasuk yang backlisted atau out-of-print, dan ribuan yang berada dalam ranah publik, 6) usai dibaca mudah disimpan, dan 7) dapat dibaca dalam gelap.

    Adapun kekurangan e-book antara lain: 1) tergantung alat (komputer, laptop, jaringan internet), 2) cenderung menjadi milik personal, 3) tidak mudah dibawa ke mana-mana misalnya ke pantai dan kolam renang, 4) melelahkan mata, dan 5) kurang prestisius karena tidak dapat dipajang dan dilihat orang.

    Kebanyakan orang membaca e-book pada komputer pribadi. Namun, beberapa menggunakannya pada ponsel. Hal ini terutama dilakukan pembaca yang ingin mendapatkan informasi langsung di web. Pembaca ini juga disebut e-reader (pembaca elektronik).

    Seperti penerbit buku di dunia nyata, kita sekarang memiliki penerbit e-book di World Wide Web (WWW) di dunia maya. Banyak penulis ingin memiliki versi e-book dari buku-buku mereka untuk dipublikasikan. Namun, ada juga penulis yang menentangnya. Salah satunya J.K. Rowling yang tegas menampik menerbitkan versi elektronik seri Harry Potter.

    E-book mempunyai pasar yang sangat luas dengan target pengguna yang besar. Inilah sebabnya, mengapa bisnis e-book bergerak pada kecepatan yang sangat luar biasa. Kita dengan mudah menemukan buku-buku elektronik di internet. Melalui mesin pencari Google, dalam sekejap informasi dan data apa saja dari buku dengan mudah dan cepat kita temukan.

    E-book memiliki keuntungan, antara lain penggunanya dapat menghemat waktu. Kita tidak perlu repot pergi ke toko, membeli buku atau membuang waktu menunggu kiriman tiba di rumah. Secara keseluruhan, ini proses yang memakan waktu. Karena waktu merupakan faktor sangat penting dalam dunia sekarang, e-book memberi solusi instan bagi manusia postmo. Selain itu, kita juga dapat menghemat biaya karena tersedia banyak e-book di internet yang gratis. Hal yang tidak kita jumpai di dunia nyata.

    Kita dapat dengan mudah mencari topik yang diinginkan di internet dan kemudian dengan mudah mendapatkan banyak e-book ihwal topik serupa. Buku elektronik juga tersedia di ponsel, karena perangkat tersebut telah menggunakan e-book yang lebih luas.

    Gejala seperti ini yang oleh Stewart Clegg (1990) disebut sebagai ciri-ciri organisasi postmodernisme yakni struktur fleksibel yang mensyaratkan karyawan dengan multiketerampilan yang cakap dan terus-menerus menjadi manusia pembelajar serta datangnya era perusahaan multinasional yang semakin menciutkan peran manusia dan cenderung mereduksi karyawan dengan subtitusi mesin dan alat.

    Seperti halnya koin yang memiliki dua sisi, e-book juga memiliki kelemahan. Misalnya, pengguna membutuhkan komputer pribadi atau ponsel untuk dapat memanfaatkannya. Data tersebut dapat hilang jika format file yang tidak didukung atau diubah dalam komputer pengguna.

    Pembajakan adalah aspek yang harus dipikirkan saat berbicara mengenai e-book. E-book sering mendorong pembajakan yang pada gilirannya mengurangi keuntungan dari penerbit buku asli.

    Selain itu, e-book yang tersedia di Internet pada umumnya masih gratis. Setiap orang yang mengunduh dan menggunakannya tidak membayar, berbeda dengan membeli buku cetakannya. Ini adalah alasan penulis serial Harry Potter tidak mendukung e-book. Oleh karena itu, e-book yang kini tersedia di internet tidak utuh. Jikapun utuh maka harus membayar terlebih dahulu. 

    Ditilik dari sisi teknologi, e-book sejalan dengan perkembangan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, yang memiliki perangkat keras untuk mengaksesnya. Akan tetapi, e-book masih terbentur pada masalah hak cipta atau copy right.

    Ke depan, apabila masalah hak cipta ini dapat dipecahkan maka e-book akan menggeser kedudukan buku-buku konvensional. Namun, mungkinkah memecah masalah hak cipta?

    ***

    Bionarasi

    Rio

    Leonardus Rio, kelahiran tahun 1993. Lulusan program Studi Sistem Informatika sebuah universitas berkelas di Gading Serpong. Kini seorang wirausaha. Pembaca buku analog dan masih sedikit mengonsumsi buku-buku digital.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita