26.4 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaKontribusi Kongregasi Pasionis dalam Pencerdasan Manusia Dayak

    Kontribusi Kongregasi Pasionis dalam Pencerdasan Manusia Dayak

    | Penulis: Redemptus Musa Narang

    Malam itu, Minggu, 3 Oktober 2021 ada suasana gegap gempita dan meriah di Aula Biara Pasionis St. Yosep, Jalan Sudirman No.21 Ketapang. Sekitar 150 orang hadir dalam acara Malam Syukuran Perayaan 75 tahun karya Kongregasi Pasionis di Ketapang, Indonesia dan peringatan 300 tahun lahirnya tarekat religius tersebut berkarya di banyak negara di dunia.

    Pada pk.18.00 acara dibuka dengan beberapa kata sambutan, dengan acara puncak Pemotongan Tumpeng Ulang Tahun, yang dihadiri oleh Uskup Keuskupan Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, Propinsial Kongregasi Pasionis, P. Nikodemus Jimbun, CP, para rohaniwan rohaniwati dan sejumlah undangan.

    Pastor Propinsial memberikan tumpeng kepada Bapak Uskup, sebaliknya bapak Uskup juga memberikan kepada Pastor Propinsial sebagai ungkapan SELAMAT ULANG TAHUN.

    Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan acara bebas dengan menyanyikan banyak nyanyian dan pantun sambil menikmati hidangan yang tersedia. Meriah dan ceria, walaupun tetap melaksanakan protokol kesehatan di masa pandemi ini.

    Acara malam itu, memang sebagai acara penutup, di mana puncak acara adalah Misa Syukur meriah di Gereja Katedral St. Gemma Galgani Ketapang pada pagi minggu misa kedua, pukul 08.00 dengan selebran Utama Uskup Ketapang, didamping Pastor Propinsial CP serta sejumlah Pastor yang hadir.

    Perayaan 75 tahun Karya Pasionis di Indonesia ini berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 1 – 3 Oktober 2021, yang sebelumnya diawali dengan kegiatan Aksi Panggilan/Promosi Panggilan untuk siswa/I tingkat SLTA bersamaan dengan kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional.

    Kegiatan dalam 3 hari itu berupa Pameran foto perjalanan 75 tahun Kongregasi Pasionis di Keuskupan Ketapang, penanaman pohon dan peninjauan pembangunan Rumah Jompo yang dihadiri oleh Bupati Ketapang, bapak Martin Rantan.

    Pada Hari kedua, diadakan Seminar dengan tema: ”Kontribusi Pasionis: Dulu, Kini dan Nanti”, yang terdiri dari 2 sesi, yaitu sesi 1.”Dari gelap menuju terang: Kontribusi Pasionis dalam mencerdaskan orang Dayak di daerak Ketapang dan Sekadau”; Sesi 2. “Quo Vadis Pasionis di Era Digital dan Homo Deus”.

    Seminar ini menampilkan pembicara Pastor Dr. Valentinus Saeng CP, dosen dan pakar filsafat dari STFT Widya Sasana, Malang. Beliau tercatat sebagai Doktor ke-2 dari Kongregasi Pasionis Indonesia, setelah P. Kanisius Setiarjo, CP yang meninggal dalam usia relatif muda karena penyakit malaria.

    Seminar ini dimoderatori oleh Redemptus Musa, M.MPd, yang pernah mengenyam pendidikan di Persekolahan CP dari SD sd. SPG di Sekadau 40an tahun lalu dan di Ketapang pernah menjadi Kepala STM/SMK Usaba St.Petrus.

    Setelah seminar dilanjutkan dengan acara peluncuran (launching) buku “Jejak-jejak Pasionis di Tanah Kayong” yang sengaja diterbitkan dalam rangka perayaan 75 tahun Karya Pasionis di Indonesia, yang ditulis oleh Amon Stefanus dan Alkap Pasti.

    Isi buku ini terdiri atas 3 bagian; bagian 1 tentang Jejak-jejak Pasionis di Tanah Kayong berupa cerita sejarah, bagian 2. Profil para Misionaris Pasionis yang pernah berkarya di Tanah Kayong (sebutan lain untuk daerah Ketapang) ada 29 orang serta bagian 3. Kesaksian Para Pasionis kelahiran Tanah Kayong (6 orang). Buku ini diawali dengan Kata pengantar dari Penulis dan Kata Sambutan oleh Ketua Panitia (H. Jahilin, M.Pd.), Propinsial (Pastor Nikodemus Jimbun, CP) dan Uskup Ketapang (Mgr. Pius Riada Prapdi).

    Menarik untuk disimak bahwa Perjalanan Karya Misi Kongregasi Pasionis di Ketapang, Indonesia diawali oleh kedatangan 3 misionaris asal Belanda, yaitu P. Canisius Pijnappels, P. Plechelmus Dullaert dan P. Bernardinus Knippenberg. Setelah sampai di Indonesia, di daerah misi mereka melihat daerah ini tidak hanya memerlukan pelayanan pastoral, tetapi juga harus terlibat dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan.

    Mereka melihat kenyataan saat itu bahwa masyarakat pedalaman atau orang Dayak masih sangat tertinggal dalam segala bidang; miskin, terpinggirkan dan tidak berpendidikan. Untuk pelayanan Kesehatan, mereka mengundang para Suster St. Agustinus (OSA) untuk mendirikan poliklinik-poliklinik dan Rumah sakit, seperti RS. Fatima Ketapang. Untuk bidang pendidikan, mereka mendirikan Sekolah Tukang, STM/SMK Usaba dan Yayasan Usaba.

    Dan terakhir Kongregasi Pasionis, melalui sosok Pater Jeroen Stoop,CP, mendirikan lembaga yang disebut Panitia Bea Siswa (PBS) Keuskupan Ketapang yang bertujuan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi, tetapi mempunyai kemampuan dan semangat belajar yang tinggi.

    Pasionis Ketapang pada awalnya tidak hanya memberikan pelayanan di wilayah Ketapang, tetapi juga mengembangkan pelayanan Pastoral sampai ke wilayah Sekadau. Tokoh awam Ketapang, PJ. Denggol sempat lama ditugaskan menjadi Katekis di wilayah Belitang, Sekadau. Oleh sebab itu, pada era tahun 1960 a sd. 1970 an banyak anak-anak dari Sekadau yang datang ke Ketapang untuk sekolah. Tetapi kemudian wilayah Sekadau dipisahkan dan diserahkan kepada Kongregasi Pasionis (CP) Italia dan wilayah Ketapang oleh Pasionis Belanda.

    Di Sekadau, di tangan para Misionaris Italia, disamping bidang Pastoral, bidang pendidikan, termasuk pendidikan calon imam atau Seminari diberi perhatian sejak awal karya mereka.

    Mereka mendirikan banyak SD, SMP serta SPG dan PGAK serta juga SMA. Dengan berdirinya SPG St. Paulus Sekadau dan PGAK St. Heronimus pada era 1970an sd 1980an menarik minat calon siswa/I dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, sehingga Sekadau sempat dijuluki kota Pelajar saat itu.

    Hal yang menarik juga adalah para tamatan SPG dan PGAK Sekadau mengisi formasi guru SD umum dan guru agama Katolik di wilayah Sekadau dan sekitarnya, bahkan sampai ditempatkan di daerah lain seperti Kabupaten Ketapang untuk guru Agama Katolik.

    Kebutuhan guru di sekolah Misi yang awalnya didatangkan dari Jawa Tengah, dari sekolah Van Lith, selanjutnya dapat dicukupi dari dalam. Tidak hanya itu, para guru tamatan SPG dan PGAK itu, di tempat tugasnya tidak hanya menjadi guru tetapi juga terlibat aktif dalam pelayanan pastoral dan sebagai tokoh masyarakat yang turut mewarnai pembangunan manusia dan masyarakat di tempatnya bertugas.

    Apa yang terjadi setelah era 75 tahun berkarya?

    Pastor Provinsial CP, P. Nikodemus Jimbun CP, yang kelahiran Belitang, Sekadau dalam sambutannya pada Misa Syukur di Gereja Katedral St. Gemma Galgani Ketapang pada Minggu, 3 Oktober 2021 mengatakan bahwa kalau pada periode awal (40 sd. 50 tahun), para religius di Ketapang dan Sekadau berkulit putih dan hidung mancung, tetapi sekarang sudah diambilalih oleh para Pasionis berhidung pesek dan kulit kekuning-kuningan, alias orang asli Indonesia. “Kami siap mengambil estafet pelayanan, dengan semangat dan komitmen yang tidak kalah dengan para pendahulu kami,” kata Pastor Niko menegaskan, seolah mau menjawab anggapan sebagian masyarakat/umat yang meragukan kemampuan kaum pribumi Indonesia seperti dirinya.

    Saat ini, misionaris Belanda tinggal satu (1) orang, yaitu P. Vitalis Frumau, CP, yang sekarang tinggal di Provinsialat Jakarta, sudah sepuh dan sakit-sakitan. Untuk Pasionis Italia tinggal tiga (3) orang, yaitu P. Petrus, CP yang tinggal di Paroki Ambawang, Pontianak, P. Gabriel Antonelli, CP tinggal di rumah Retret Jakarta dan Br. Alberto Landi, CP yang tinggal di Komunitas Malang, Jawa Timur. Mereka semua ini juga sudah sepuh dan tidak begitu sehat karena faktor usia, sedangkan yang lain-lain sudah kembali ke negerinya atau juga sudah banyak yang meninggal.

    Bila para Pasionis awal ini diasumsikan sebagai “penabur dan pemelihara tanaman” atau peletakan fondasi bangunan, maka saat ini setelah 75 tahun atau satu generasi (usia manusia 70 tahun, 80 tahun kalau kuat) kita akan dapat melihat hasilnya atau tuainnya.

    Pada perhelatan perayaan 75 tahun Karya Pasionis di Ketapang tahun ini, ketua Panitia Perayaan ini, H. Jahilin, M.Pd. yang sekarang adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang adalah alumni PBS; demikian juga penulis buku jejak-jejak Pasionis di Tanah Kayong Amon Stefanus adalah Sarjana Pendidikan Matematika dan guru di SMP St. Agustinus Ketapang, sedangkan Alkap Pasti adalah Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dan sekarang Dirut salah satu BUMD di Kabupaten Ketapang.

    Mereka bertiga adalah alumni IKIP/Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan adalah alumni PBS asuhan Pastor Pasionis. Itu sebagai contoh hasil kerja menabur dan menanam tempo dulu. Tamatan PBS tidak saja bekerja di Ketapang, tetapi juga di Pontianak, Sintang dan Putus Sibau, bahkan di luar Kalimantan.

    Di Sekadau panggilan Imam, Bruder dan Suster relatif lebih subur dan generasi muda inilah yang meneruskan estafet karya Pasionis pada generasi kedua ini di bidang pastoral di Paroki- paroki dan kelompok kategorial.

    Di kalangan awam, banyak para alumni persekolahan yang dulu diasuh oleh Para Pasionis ini sekarang telah menduduki jabatan strategis di pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh. Sebagai contoh, mereka mendirikan dan menjadi aktivis lembaga keuangan Credit Union yang populer di Kalimantan Barat, bahkan di Indonesia.

    Para Pendiri CU. Keling Kumang, CU. Usaha Kita dan CU Nyai Anta di Kabupaten Sekadau umumnya adalah para alumni Persekolahan Pasionis. CU Keling Kumang melalui Yayasan Pendidikan Keling Kumang merasa terpanggil terlibat di dunia pendidikan dengan mendirikan SMK Keling Kumang (2015) dan Institut Teknologi Keling Kumang (2020).

    Sebagai ungkapan terima kasih terhadap jasa-jasa Para Pasionis, maka 3 gedung belajar dan 1 gedung praktek di SMK Keling Kumang diberi nama Para Misionaris Pasionis yang pernah mendidik mereka, yaitu P. Lukas Spinosi CP, P. Vincentius Carletti, CP dan Sr. Maria Gemma Strapasson, CP yang pernah menjadi Kepala SMPK St. Gabriel/SPG St. Paulus Sekadau. Sedangkan Br. Carlo Perrari, CP juga diambil karena dinilai sangat berjasa dalam bidang pembangunan fisik. Di Kampung Tapang Sambas, di Kompleks Gua Maria, Taman Kelempiau dibuat Monumen Patung Pastor Pius de Santis, CP untuk mengenang jasa-jasa beliau dalam memperhatikan kemajuan kampung.

    Dalam Seminar pada Sabtu, 2 Oktober 2021 sesi kedua, dengan tema Quo Vadis Pasionis di Era Digital dan Homo Deus, P. Dr. Valentinus CP mengutip buku berjudul “ A Brief History of Tomorrow”, tulisan Prof. Yuval Noah Harari dari Universitas Hebrew, Yerusalem, yang menyatakan bahwa ke depan pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh sangat besar terhadap peradaban manusia, dimana kemampuan manusia nyaris menyerupai Tuhan, Homo Deus.

    Situasi ini menuntut manusia terus berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan era, demikian juga para Pasionis. Itulah sebabnya tema perayaan 75 tahun karya Pasionis di Ketapang, Indonesia berjudul: “Menghadirkan Pasionis di Era Milenial, sebuah pembaharuan misi”.

    Terima kasih para Pasionis, selamat memasuki era baru berpastoral dan semoga terus dapat mengukir sejarah dan menjadi berkat bagi banyak orang dan melakukan investasi untuk dunia dan akhirat. Proficiat!

    ***

    Bionarasi

    Redemptus Musa Narang, lahir di Tapang Sambas, Sekadau 10 Januari 1961. Praktisi pendidikan dan aktivis Credit Union, sekarang tinggal di Ketapang.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita