| Penulis: Ev. Timotius Sinaga
Kehidupan kita senantiasa diperhadapkan dengan berbagai pilihan. Setiap pilihan-pilihan yang kita ambil dan putuskan akan menentukan arah dan tujuan kehidupan yang akan kita tempuh dan jalani. Pilihan yang benar akan membawa kita kepada arah kehidupan yang benar, tetapi pilihan yang salah akan membawa kita kepada kehidupan yang salah.
Penentuan pilihan tentang sesuatu yang benar atau salah itu bergantung kepada tingkat kedewasaan dan kematangan kita di hadapan Allah. Adalah sangat jarang bagi kita untuk memilih untuk mendapatkan sesuatu yang terjelek, terburuk, dan tidak bernilai di dalam hidup kita; tetapi justru yang seringkali terjadi adalah kita selalu ingin memilih untuk mendapatkan yang terbaik, terindah, dan sangat bernilai di dalam hidup kita.
Namun di jaman sekarang kita sukar untuk dapat memilih dan menentukan hal-hal yang terbaik di dalam hidup kita; dan seringkali sadar ataupun tidak sadar, sengaja ataupun tidak sengaja, kita seringkali menjadi buta untuk dapat melihat yang terbaik di dalam kehidupan dan menggantikannya dengan hal-hal yang terburuk untuk dipilih dan dilakukan. Hal itu terjadi karena kita memilih apa yang menurut perspektif dan kehendak kita baik dan penting tetapi tidak memilih menurut apa yang menjadi perspektif dan kehendak Allah bagi kita.
Apabila kita mendasarkan kehidupan kita di dalam perspektif dan kehendak Allah maka di sana kita akan mendapatkan kehidupan di jalan yang benar dan tujuan yang benar. Tetapi apabila kita mendasarkan kehidupan kita di dalam perspektif dan kehendak kita maka kita akan mendapatkan kehidupan di jalan yang salah dan tujuan yang salah. Dasar kehidupan kita di dalam perspektif dan kehendak Allah adalah kita mau dengan sungguh-sungguh hidup mempercayai Allah dan firman-Nya, mengandalkan Allah dan firman-Nya, melekat kepada Allah dan firman-Nya, mendengarkan Allah dan firman-Nya, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh semuanya itu di dalam Allah dan firman-Nya.
Mazmur 119:105 menyatakan dengan tepat sekali bahwa firman Allah adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Hal itu akan menjadi bagian di dalam hidup kita apabila kita mau senantiasa berada bersama dengan Allah, bersekutu dengan Allah, bergumul dengan Allah, dan menikmati Allah. Yeremia 17:5 dan 7 juga menyatakan hal yang tepat dan benar sekali bahwa setiap orang yang mengandalkan dirinya sendiri dan mengandalkan orang lain dan yang hatinya menjauh dari TUHAN adalah orang-orang yang terkutuk, tetapi setiap orang yang mengandalkan TUHAN dan menaruh harapannya kepada TUHAN adalah orang-orang yang diberkati. Artinya TUHAN harus menjadi Pusat di dalam kehidupan kita.
Di dalam Katekismus Besar Westmister pada pertanyaan yang pertama dinyatakan, “Apakah yang menjadi tujuan utama Allah menciptakan manusia?” Dan jawabannya adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Allah selamanya. Artinya, Allah mau kita senantiasa hidup di dalam hadirat-Nya, hidup di dalam Allah dan firman-Nya, menikmati kasih dan kebaikan-Nya. Hal itu hanya bisa terjadi apabila kita melekat dengan Allah. Kita harus menjadi Kristen Hakekat dan bukan Kristen Identitas. Kristen Hakekat artinya Allah dan firman-Nya adalah sumber kehidupan kita, tanpa Allah dan firman-Nya kita mati rohani. Sedangkan Kristen Identitas artinya menjadikan Allah dan firman-Nya bagian dalam hidup kita.
Jika kita melihat kepada teks yang kita baca, di sana kita mendapati tentang dua pribadi yang berbeda dengan cara pandang yang berbeda. Dalam bagian ini di dalam versi terjemahan Alkitab (American Standard) di sana dinyatakan bahwa Tuhan Yesus bersama dengan para murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, dan memasuki sebuah desa tertentu: dan seorang wanita tertentu yang bernama Marta menerima Dia ke dalam rumahnya. Ini berarti Tuhan Yesus sudah memiliki rencana tertentu untuk dating ke desa itu (Betania) dan bertemu dengan Marta dan Maria.
Ini sangat menarik sekali karena di sini memang Tuhan Yesus ingin datang kepada Marta dan Maria, dan Dia memiliki tujuan bagi Marta dan Maria, dan Tuhan Yesus sangat mengasihi keluarga ini; hal ini terlihat dari relasi yang baik antara Tuhan Yesus dengan mereka (Yohanes 11:5). Marta dan Maria adalah saudara dari Lazarus yang mati dan dibangkitkan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 11:26, 27). Dan kisah tentang kehidupan keluarga ini hanya dicatat di dalam Injil Lukas dan Yohanes. Dan uniknya kisah tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Di sini dipaparkan kepada kita tentang Marta dan Maria. Di dalam ayat 39, di sana dinyatakan bahwa Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Bahkan Marta meminta Tuhan Yesus untuk menyuruh Maria membantunya. Tuhan Yesus sangat tajam dan tegas memberikan jawaban kepada Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.
Mari kita melihat kehidupan Marta: dia adalah seorang yang beriman (itu terbukti dia menyakini tentang keilahian Tuhan Yesus dapat membangkitkan orang mati di akhir jaman – lihat Yohanes 11); dia adalah seorang senang melayani baik kepada Tuhan Yesus maupun kepada orang lain (Lukas 10:40; Yohanes 12:2); dan dia adalah seorang yang mengasihi saudara-saudaranya (Maria dan Lazarus – Yohanes 11). Kehidupan Maria: dia adalah seorang yang mengasihi Tuhan Yesus; dialah yang mencurahkan kepala Tuhan Yesus dengan minyak mur (Yohanes 11:2; Matius 26:6-13; Markus 14:3-9), dan meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya (Yohanes12:3); dan dia setia mendengarkan Tuhan Yesus (Lukas 10:40). Pertanyaannya adalah, apakah yang dilakukan oleh Marta salah, melayani TuhanYesus? Jawabannya adalah tidak.
Tetapi melayani Tuhan bukanlah bagian yang terbaik yang dapat kita lakukan kepada Tuhan Yesus. Di sini Tuhan Yesus telah memberikan kata kuncinya bahwa hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. Dasar pelayanan dan ibadah kita adalah Allah dan firman-Nya, dan itu hanya terjadi jika kita hidup melekat kepada Allah dan firman-Nya. Melayani tidak akan selalu dapat kita lakukan di dalam hidup kita, tetapi mendengarkan firman Allah adalah bagian terbaik yang berharga yang dapat kita nikmati senantiasa.
Banyak orang Kristen di dalam gereja adalah orang Kristen yang STM (Sibuk Tidak Menentu) dan PPS (Pura Pura Sibuk). Banyak orang Kristen kelihatannya melayani Allah tetapi sesungguhnya mereka sedang melayani diri sendiri ataupun orang lain, bukan untuk memuliakan dan menyenangkan Allah, tetapi memuliakan dan menyenangkan diri sendiri dan orang lain. Melayani Allah tanpa dasar yang benar maka sesungguhnya bukan melayani Allah.
Pelayanan yang kita lakukan kepada Allah di atas dasar yang tepat dan benar akan memiliki dampak yang besar yaitu kasih kepada Allah dan sesama, dan hal itu harus dimulai dengan terlebih dahulu mendengarkan dan mengerti firman dan kehendak Allah, kemudian baru kita dapat melaksanakan pelayanan kita kepada Allah dan sesama dengan benar dan tepat, jika tidak maka pelayanan yang kita lakukan hanyalah sebuah aktivitas agamawi dan bukan aktivitas rohani.
Pelayanan yang sesungguhnya adalah bagaimana kita mengaplikasikan kasih kita kepada Allah dan sesama di dalam kasih Allah dan firman-Nya. Tanpa kasih dan firman Allah maka pelayanan yang kita lakukan hanyalah sebuah kepalsuan, dan pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakharmonisan di dalam diri sendiri dan terhadap orang lain di dalam pelayanan. Coba kita perhatikan teguran Tuhan Yesus kepada Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.” Ingatlah selalu bahwa melayani tanpa kasih Allah dan tanpa firman Allah maka pelayanan yang kita lakukan hanyalah pelayanan yang semu dan palsu, yang menghasilkan kesia-siaan. Amin.
Sumber gambar: https://wikimedia.org/
***
Ev. Timotius Sinaga