26.2 C
Singkawang
More
    BerandaSosokRiman Bulan, Bule Doktor Perempuan Pegiat Lingkungan Bumi Krayan

    Riman Bulan, Bule Doktor Perempuan Pegiat Lingkungan Bumi Krayan

    Penulis | R. Masri Sareb Putra

    Saya kerap berjumpa dengannya. Ia bule. Namanya: Cristina Eghenter. Seorang antropolog. Pakar di organisasi World Wide Fund (WWF) Indonesia. Gelar akademik tertinggi, yakni Doctor of Philosophy (Ph.D.).

    Ketika acara festival kuliner yang diadakan di Ba’ Binuang, Krayan Tengah, Kalimantan Utara, November 2019. Ia salah satu jurinya. Dan mengecap semua hidangan yang tersaji. Tertata secara apik dan artistik. Dalam kemasan tradisional Dayak. Yakni dari bambu dan daun-daunan.

    Sungguh pemandangan yang eksotik. Jika saja Krayan sudah seperti saat ini, dan tidak sedang Pandemi. Niscaya Festival Kuliner Tradisional itu akan jadi momentum tiada duanya. Menjadi magnit. Yang bisa menarik wisatawan berkunjung ke bumi. Yang “diciptakan Tuhan sambil tersenyum” ini.

    Tiap tiga tahun sekali diadakan festival kuliner organik di Krayan. Yang terakhir, tahun 2019.  Riman kerap jadi juri di festival itu.

    Namun, di the Heart of Borneo (Jantungnya Borneo), bumi Krayan, Kalimantan Utara. Ia punya nama Dayak. Orang Krayan menyapanya “Riman Bulan.” Gelaran dianugerahkan kepada penggiat lingkungan hidup ini oleh masyarakat adat yang dikenal juga sebagai Formadat Dataran Tinggi Borneo di Krayan.

    Riman Bulan terlanjur jatuh hati pada Borneo. Pulau terbesar ketiga dunia, dengan luasan 743,330 km².

    Akan tetapi, selain sumber daya alam dan lingkungan. Ada yang membuat sang bulan terpesona. Yakni kuliner. Makanan khas manusia Krayan. Sudah organik. Alami dari hutan buminya. Rasa perisa. Juga tersaji dengan apik artistik.

    Tiap tiga tahun sekali diadakan festival kuliner organik di Krayan. Yang terakhir, tahun 2019.  Riman kerap jadi salah satu juri di festival itu. Didamping dua rekan bule dari Australia dan Amerika. Saya berada di lokus waktu itu. Festival kuliner tradisional Krayan. Sing ada lawan. Apik. Artistik.

    Saya telah keliling pelosok bumi Borneo. Hanya menemukan di jantung Borneo saja kuliner orang Lundayeh berkelas internasional. Citarasanya? Maknyuzz luar biasa! Sungguh sajian menawan dari The Hearf of Borneo itu.

    Apa yang dilakukan masyarakat, juga pemerintah daerah, di Dataran Tinggi Borneo amat patut diapresiasi. Suatu inovasi.

    Menjadikan festival kuliner trasidional, organik, sebagai salah satu magnit. Sekaligus ajang memperkenalkan kearifan lokal. Dan mempromosikan alam sebagai destinasi wisata masa depan yang pasti dicari.

    ***

    detikborneo.com, Sabtu, 10 Juli 2021, 11.47 WIB

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita