26.2 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaWebinar Menulis Buku Teks Binus University: Orang Dayak di Kancah Literasi Nasional

    Webinar Menulis Buku Teks Binus University: Orang Dayak di Kancah Literasi Nasional

    | Penulis: R. Masri Sareb Putra

    Tiga profesor. Seluruh peserta itu bergelar Doktor. Mereka pengajar S-2 dan S-3. Sekaligus, penulis andal. Karya ilmiah mereka kerap diterbitkan jurnal internaisonal dan terindeks Scopus.

    Sabtu, 14 Agustus 2021. Dari pukul 09.00-12.00.

    Peserta Webinar, seluruhnya pengajar Binus University, Jakarta, tetap berkanjang. Mereka  bertahan depan kamera laptop dan HP masing-masing. Mengikuti saksama materi. Yang disampaikan narasumber.

    Webinar setengah hari “Trik dan Teknik Menulis Buku Teks Perguruan Tinggi” seperti memantik pengetahuan para dosen yang sebagian “tidur”. Sekaligus, menyalakan semangat literasi. Yang di masa kini dan akan datang amat sangat mutlak menjadi keharusan di perguruan tinggi.

    “Sekadar berbagi pengalaman. Tahun 2010, saya pernah menang hibah buku teks perguruan tinggi. Atas pengalaman serba-secuil itu, saya berbagi. Bahwa menulis di perguan tinggi itu suatu yang menyatu. Embeded dengan kita, sebagai dosen,” papar Masri. Ia mulai membakar peserta pada awal sesi Webinar.

    “Jangan pernah berpikir bahwa menulis, termasuk buku teks, harus mulai baru. Dari materi kuliah, bisa dijadikan buku. Skripsi, tesis, disertasi adalah bahan yang setiap dosen punya. Mengapa tidak dikonversi?” lelaki keahiran Jangkang, Sanggau, Kalbar itu menerangkan.

     Ke depan, menurut pegiat literasi nasional itu. “Kampus yang tidak punya habitus menulis, tidak mencapai puncak keunggulan dan peradaban. Kini pun, periksa saja. Setiap perguruan tinggi peringkat dunia, maka habitus literasi sivitas akademikanya tinggi. Mengapa? Sebab salah satu kriteria pemeringkatan perguruan tinggi adalah: sitasi karya sivitas akademikanya. Hal itu terindeks otomatis di Webometrix.”

    Sesi Webinar setengah hari itu, seperti gayung bersambut. Banyak pertanyaan. Banyak pula umpan balik. Termasuk animo para dosen di Lingkungan Binus University untuk menerbitkan buku teks. Sebab, salah satu kriteria buku teks perguruan tinggi, menurut narasumber yang juga penulis tetap dan jajaran Manajemen Detikborneo.com ini, “Bagian dari pemerkayaan bidang studi. Diterbitkan lembaga independen. Ber-ISBN. Diedarkan di lingkungan yang luas.”

    Menurut Masri, tinggal di Jakarta, kadang membawa hikmah. “Orang memandang kita berbeda. Padahal, yang dikatakan, atau kita disampaikan, sama.”

    “Hal yang demikian itu, terjadi dalam hal literasi. Selain memiliki Detikborneo.com. Kita juga punya Badan Penerbit resmi. Yakni Lembaga Literasi Dayak (LLD). Punya badan hukum. Dan terdaftar secara resmi, sebagai salah satu dari ribuah penerbit di Nusantara.”

    Setiap bulan, Masri dan Lembaga Literasi Dayak diminta dan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di Jakarta. Menggali potensi. Sekaligus memotivasi dan mendorong sivitas akademika agar menjadi penjaga kemurnian, sekaligus keutuhan ilmu.

    “Jika sivitas akademika, terutama para master, doktor, dan profesor tidak menulis. Maka kepakarannya akan mati. Itulah the death of expertise. Seperti dikemukakan Nichols,” papar Masri.

    Demikian pun, katanya. “Suatu kaum, atau suku bangsa. Jika tidak melek literasi, salah satunya baca-tulis sebagai literasi dasar, akan digilas oleh zaman.”

    Apa yang dipaparkan salah satu sastrawan angkatan 2.000 dalam sastra Indonesia, sekaligus pegiat literasi Dayak di aras nasional ini, ada benarnya.

    “Untuk itulah, orang Dayak punya media digital. Dan juga badan Penerbit. Agar tidak digilas zaman. Selain eksis. Dan mem-branding Dayak hebat dari dalam,” terangnya.

    Sementara Dr. Viany Utami Tjhin, asal Pontianak, yang menginisiasi Program Dosen Menulis di Binus University, menegaskan. Bahwa Binus akan terus bekerja sama dan ‘memakai jasa’ Masri dan Lembaga Literasi Dayak.

    “Akan ada banyak program kerja sama. Misalnya, coaching para dosen menulis buku ajar, modul, dan tulisan ilmiah. Masri dan Literasi Dayak bagian dari gerakan literasi nasional. Utamanya kampus-kampus. Apalagi, Binus yang mencanangkan kampus internasional,” papar Viany, Head of Dept. MMSI BINUS University. (X-5).

    ***

    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita