26.2 C
Singkawang
More
    BerandaBudayaParan Sakiu Lauching Buku ‘SENJA DAN CINTA’ Satu-satunya Novel Berbahasa Dayak Kanayant

    Paran Sakiu Lauching Buku ‘SENJA DAN CINTA’ Satu-satunya Novel Berbahasa Dayak Kanayant

    Paran Sakiu Lauching Buku ‘SENJA DAN CINTA’ Satu-satunya Novel Berbahasa Dayak Kandayant
    Paran Sakiu Lauching Buku ‘SENJA DAN CINTA’ Satu-satunya Novel Berbahasa Dayak Kandayant / 29/3/2024.

    Jakarta, detikborneo.com – Paran Sakiu, M. Pd akhirnya resmi mengeluarkan buku ‘SENJA DAN CINTA’ Berakhir di Desa Mentonyek, sebuah Novel roman berbahasa Dayak Kanayant pada Jumat (29/3/2024).

    Dipadu oleh Matius Mardani, memberikan kesempatan kepada undangan yang hadir untuk bisa berinteraksi langsung, membuka sesi tanya jawab. Yang menjadi spesial tentunya bisa mendapatkan tandatangan langsung dari penulis nya.

    Penandatanganan buku oleh Paran Sakiu serta sekaligus memberikan sambutan nya ia berterimakasih kepada dukungan kepadanya sehingga buku ini bisa selesai, serta menurutnya buku yang ditulis ini tentunya penuh dengan bahan renungan.

    BACA JUGA :Paran Sakiu Mewakili TBBR HUT RI ke 78 di Istana Negara

    Paran Launching buku Cinta dan Senja WhatsApp Image 2024 03 29 at 22.55.14 1

    “Terima kasih untuk dukungannya kepada saya, Novel ini mungkin novel pertama berbahasa Daerah, Penuh dengan bahan perenungan bagi suku bangsa Dayak khususnya Ba Ahe”

    Lebih lanjut pria kelahiran Mentonyek 53 tahun silam ini yang sekaligus juga berketapan lahir pada launching novel hari ini memaparkan alasan termotivasi  menulis dalam bahasa daerah nya ini.

    “Dan juga yang menjadi motivasi saya menulis ini karena terkadang saya melihat banyak kita Dayak pada saat keluar kampung halaman pada akhirnya hilang identitas nya sebagai orang Dayak, bahasa-bahasa daerah terlupakan sama mereka, karenanya dengan Novel ini berharap kita masih menemukan dan masih mampu berbahasa daerah dimanapun kita merantau” tutup Paran.

    BACA JUGA :Ramadhan Berkah, FDKJ Jakarta Barat Bagikan Takjil Gratis ke Warga Kembangan

    Terbitnya buku Novel ‘SENJA DAN CINTA’ ini di gadang-gadang menjadi sejarah dan terobosan terbaru bagi literasi Dayak. Dengan adanya buku ini tentunya Paran Sakiu menjadi orang yang pertama dan satu-satunya menulis Novel berbahasa Dayak Kanayant.

    Launching Novel ‘SENJA DAN CINTA’ Berakhir di Desa Mentonyek dihadiri beberapa perwakilan ormas Dayak seperti Ketua Forum Dayak Kalbar Jakarta (FDKJ) korwil Jakarta Barat Rudito, S.M, dari MADN yang di wakili oleh Lawadi Nusah, Dewan Adat Dayak (DAD) Jakarta oleh Nini Magdalena dan undangan lainnya, serta peserta yang hadir melaui meeting zoom.

    Usai acara dilanjutkan dengan ramah tamah, team panitia juga melayani langsung bagi yang ingin membeli langsung buku tersebut.

     

    SENJA DAN CINTA, Setting roman yang mengisahkan tokoh protagonis Udo dan Yopita, sang pujaan hati, adalah Mentonyek, sebuah desa di kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

    Yopita perempuan Dayak yang cantik rupawan. Berambut sebahu. Baik hati dan terbuka dengan siapa pun. Namun, ia baperan dan cepat bereaksi. Asmaranya jangan diragukan. Kalau jatuh cinta, ia tidak memandang status sosial. Nyatanya ia jatuh cinta pada Udo laki-laki miskin dari desa Mentonyek. la juga memilih kesetiaan. Situasi yang akhirnya memaksanya untuk menikah dengan pria lain. Namun ia juga punya dilema saat diperhadapkan dengan keadaan yang menuntutnya untuk mengambil sebuah keputusan. Mampukah Yopita?

    Sedangkan Udo adalah sosok yang tidak pernah menyerah, lagi ker- atif. Memerangi nasibnya yang berada di garis kemiskinan. la pemberani salah satu contohnya dengan berani merantau, harus jauh dari orang tua. Pantang pulang sebelum sukses. Udo pria Dayak yang ganteng dan berkarakter baik. Juga tidak mudah dalam mengambil keputusan. Sering berada pada dilema. Namun cepat dalam bertindak. Dalam bersosialisasi disukai banyak orang. Sayang dengan keluarga. Urusan cinta, cintanya tidak pernah pudar. Sekalipun sudah sekian puluh tahun berpisah dengan Yopita, rasa penasarannya kepada Yopita pun tetap ada. Apalagi setelah istrinya meninggal dunia.

    Pertemuannya dengan Yopita di salah satu rumah sakit di Jepang awal dari penasaran yang semakin memuncak. (Rd)

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita