25.4 C
Singkawang
More
    BerandaUncategorizedLukisan Seorang Maestro

    Lukisan Seorang Maestro

    | Penulis: Hery Susanto

    Alkisah ada seorang pelukis hebat (maestro) yang mendapatkan kehormatan dari salah seorang petinggi sebuah kota untuk melukis suatu lukisan di tengah-

    tengah paling atas sebuah gedung penting yang bertingkat agak tinggi di pusat kota. Setelah dengan susah payah dan bekerja keras, maka hampir diselesaikannyalah pekerjaan itu.

    Suatu hari pelukis itu hendak melihat hasil lukisannya di atas gedung itu dengan berjaalan mundur menjauhi lukisannya sambil mengamat-amati. Tetapi tiba-tiba ia menghentikan langkah mundurnya, bahkan ia berlari mendekati asistennya yang masih berada dekat lukisannya dengan marah dan hendak memukulnya karena asistennya entah kenapa, tiba-tiba melambaikan tangannya kemudian merusak lukisan itu dengan mengguyurkan cat yang berada di ember yang masih diten- tengnya. Ketika pelukis itu sudah mendekati asistennya, ber- katalah asisten itu dengan takut dan gemetaran: ”Maaf tuan, saya sengaja melakukan ini, karena tadi saya melihat tuan ketika berjalan mundur, tinggal beberapa langkah lagi tuan sudah akan sampai di ujung gedung ini, saya sudah meneriaki tuan, namun tuan tidak mendengar. Saya takut tuan terjungkal ke bawah…”

    Artinya jika asisten sang pelukis itu tidak merusak lukisan tuannya, maka pelukis itu akan jatuh kebawah dan mati.

    Seringkali manusia sulit menterjemahkan hal-hal yang mengejutkan dan membuat kita tidak mengerti mengapa suatu peristiwa yang tidak diinginkan musti terjadi, sehingga seperti- nya itu menjadi sebuah kegagalan, kehancuran, dan bahkan suatu kehilangan akan suatu hal yang mungkin sangat berarti bagi dirinya. Bahkan di banyak hal kita tidak mengerti jawaban mengenai gunung meletus, tsunami, kecelakaan, percintaan atau pernikahan yang kandas, dan lain sebagainya.

    Sikap terbaik kita yaitu, jika memang hal tersebut adalah garis yang telah ditentukan oleh Tuhan Sang Khalik, kita semestinya menyikapi secara positif, bahwa Tuhan telah menetapkan hal itu sebagai suatu yang ‘baik’, sekalipun kita acapkali dibuat tidak mengerti. Tuhan itu insinyur kehidupan yang amat jenius. Bagian kita hanya menerimanya sambil memaknainya. Itu hal terbaik dari pada meronta dan meng- gerutu. Menyusahkan dan membuang banyak energi batinnya.

    Bagaimana dengan kita saat ini? Manusia cenderung berharap agar keinginannya selalu dikabulkan oleh Tuhan. Namun Tuhan itu selalu memberikan yang terbaik sesuai dengan cara-Nya dan waktu-Nya yang seringkali sulit dimengerti maknanya oleh manusia itu sendiri.

    Dari kisah di atas, kita bisa memetik pelajaran sesuai dengan Yesaya 55:8, mengatakan, “Sebab rancangan-Ku bukan- lah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian Firman Tuhan. Memang jalan-jalan Tuhan itu tidak bisa diduga dan penuh misteri. Ada yang bisa kita temukan jawabannya sesudah terjadi, namun ada pula yang tetap menjadi misteri dan pertanyaan yang tak berjawab.

    Ada kalanya Allah menggagalkan apa yang sudah dibangun manusia begitu lama, bahkan bisa puluhan tahun. Namun dengan begitu cepat buah karya atau usaha itu hancur ber- keping-keping hanya karena satu kesalahan kecil saja. Lalu bagaimana reaksi sikap kita terhadap kegagalan ini?

    Ada tiga sikap yang biasanya diambil oleh manusia. Yang pertama adalah menyalahkan apa yang ada di luar dirinya. Bisa menyalahkan orang lain atau malah menyalahkan Tuhan. Yang kedua adalah menyesalinya, menggerutu sebentar, dan berusaha membangun kembali dari puing-puing kegagalan itu. Ini sangat alami dan manusiawi.

    Yang ketiga adalah orang yang mampu melihatnya dari kacamata iman, bertumbuh dan berusaha lebih mengenali lagi Firman Tuhan.

    Allah ingin bahwa manusia semakin mengenal-Nya, mengerti rencana-Nya daripada sekedar memenuhi keinginan manusia yang belum tahu apakah dirinya sungguh-sungguh memerlukannya atau tidak. Jika anda adalah orang yang masuk dalam hal yang ketiga ini, maka anda adalah orang yang ada dalam jalur rancangan Allah yang sempurna. Karena, Allah menghendaki supaya manusia dalam merespon segala sesuatu dalam hidupnya memiliki pikiran dan perasaan-Nya (Filipi 2:5).

    Berbahagialah kita manusia yang senantiasa belajar untuk mengenal apa dan bagaimana Allah itu bekerja di dalam hidup manusia dari setiap peristiwa yang dialaminya, sehingga dengan pengenalan akan Allah yang lebih dalam, kita tidak binasa (Hosea 4:6a).

    Walau memang mungkin sulit. Mari bersikap anggun terhadap hal-hal yang tidak kta inginkan. Apapun situasi yang kita hadapi, yakinlah bahwa itu adalah hal yang terbaik.

    Sumber gambar: https://1001indonesia.net/affandi/

    ***

    Bionarasi

    Hery Susanto

    Dr. Hery Susanto, M.Th. dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah pada 21 Januari 1973.

    Dosen di STT JKI. Aktif menulis dan berkiprah di bidang teologi dan filsafat.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita